DARI jauh hari, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sudah mewanti-wanti para sahabat akan terjadinya fitnah. Terjadinya merupakan sunatullah yang pasti terjadi, namun Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam pun telah menjelaskan jalan keluar dan sikap terbaik pada masa-masa seperti itu.
Di zaman dahulu, Nabi dan para sahabat hidup dalam belenggu beban yang beraneka ragam. Ditambah pula dengan kemiskinan yang mencekik.
Adapun Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam terus menganjurkan untuk bersabar, juga memberikan kabar bahwa kondisi mereka itu tidak akan berlangsung lama. Dan benar saja, pada masa Umar bin Khattab perbendaharaan Persia dan Romawi dibukakan untuk kaum muslimin. Pada masa Utsman bin Affan penaklukan bertambah luas ke timur dan barat.
BACA JUGA: Ini 5 Percobaan Pencurian Jasad Rasulullah
Hal itu otomatis membuat harta ghanimah juga bertambah banyak di kas negara. Dan dari sinilah bermula terjadinya fitnah tersebut, berlomba-lomba dalam harta, saling hasad dan dengki. Khususnya di kalangan orang-orang Arab badui.
Tak lama dari itu, muncul generasi baru, yaitu anak-anak yang mana tumbuh dalam keikutsertaan dalam penaklukan. Dengan usia anak-anak yang masih rentan ini, sangat rawan untuk dicekoki isu-isu. Mengingat mereka hasil dari penaklukan, mafhum terhadap agama dan fanatisme kesukuan serta kebencian pada bangsa Arab. Sebab lain adalah banyaknya sahabat senior yang meninggalkan Madinah.
Ketika salah seorang sahabat Muhajirin meminta izin keluar dari Madinah untuk berjihad, Umar berkata padanya, “Engkau sudah memiliki keutamaaan saat berperang bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan itu mencukupimu. Itu lebih baik daripada memerangi Romawi, apakah engkau tidak melihat dunia dan dunia melihatmu.”
BACA JUGA: 12 Fakta soal Ustman bin Affan
Namun, pada masa Utsman bin Affan, beliau mengizinkan. Akibatnya para sahabat tersebar dan orang-orang berebut ingin berteman dekat dengan mereka. Inilah kerapuhan pertama yang menggerogoti tubuh Islam dan fitnah pertama bagi masyarakat.
Sebab lainnya karena berhentinya penaklukan-penaklukan pada akhir pemerintahan Umar. Prajurit yang dulu berperang, banyak menjadi pengangguran. Apalagi mereka tidak paham dengan ilmu agama, sehingga memudahkan upaya penebar fitnah. Adapun penyulut terbesar adalah seorang zindik yang bernama Abdullah bin Saba’. []
Sumber: Utsman Bin Affan: Tragedi Kematian Sang Khalifah/ Abu Jannah/ Pustaka Al-Inabah: Jakarta