ADA seseorang bermaksud menghadap Umar bin khattab hendak mengadukan perihal perangai buruk istrinya.
Sampai ke rumah yang dituju, orang itu menanti Umar bin Khattab ra di depan pintu.
Saat itu ia mendengar istri Umar bin Khattab mengomeli diri Umar, sementara Umar sendiri hanya berdiam diri saja tanpa bereaksi.
BACA JUGA: Kisah Umar bin Khattab Tak Mau Gunakan Unta-unta Sewaan
Orang itu bermaksud balik kembali sambil melangkahkan kaki seraya bergumam, “Kalau keadaan Amirul Mukminin Umar bin Khattab saja begitu, bagaimana halnya dengan diriku.”
Bersamaan itu Umar bin Khattab keluar, ketika melihat orang itu hendak kembali, Umar memanggilnya. Umar bin Khattab bertanya, “Ada keperluan penting?”
Lelaki itu menjawab, “Amirul Mukminin, kedatanganku ini sebenarnya hendak mengadukan perihal istriku lantaran suka memarahiku.
“Tetapi begitu aku mendengar istrimu sendiri berbuat serupa, maka aku bermaksud kembali. Dalam hati aku berkata, ‘Kalau keadaan Amirul Mukminin saja diperlakukan istrinya seperti itu, bagaimana halnya dengan diriku?’”
Umar bin Khattab berkata kepada lelaki itu, “Saudara, sesungguhnya aku rela menanggung perlakuan seperti itu dari istriku karena adanya beberapa hak yang ada padanya. Istriku bertindak sebagai juru masak makananku.”
BACA JUGA: Kisah Umar bin Khattab dan Janda Miskin Kelaparan
“Ia selalu membuatkan roti untukku. Ia selalu mencucikan pakaian-pakaianku. Ia menyusui anak-anakku, padahal semua itu bukan kewajibannya,” sambung Umar bin Khattab.
https://www.youtube.com/watch?v=21gsvEGRzQM
“Aku cukup tentram tidak melakukan perkara haram lantaran pelayanan istriku. Karena itu aku menerimanya sekalipun dimarahi.” []
Sumber: Kitab Hasyiyah ‘ala Syarh al-Minhaj (3/441-442) oleh Syaikh Sulaiman bin Muhammad al-Bujairami, sebagaimana disebutkan juga oleh Abu al-Laits as-Samarqandi, ahli fikih mazhab al-Hanafi, di kitab Tanbih al-Ghafilin (halaman 518), demikian juga Ibn Hajar al-Haitami di kitab az-Zawajir (2/80).
UMAR BIN KHATTAB DAN ISTRI-ISTRINYA
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab memiliki tiga orang istri, yaitu:
(1) Zainab binti Mazaun Jamiah;
(2) Malaika binti Jarul Khuzai; dan
(3) Qariba binti Umayyah Makhzumi.
Ketika ia masuk Islam, Zainab sendiri yang kemudian menerima Islam. Setelah Perjanjiamn Hudaybiah ketika Allah menurunkan firman bahwa umat Islam tidak boleh menikah dengan musyrik, Umar bin Khattab menceraikan Malaika dan Qariba.
Setelah Perjanjian Hudaybiah, wanita Muslim pertama yang melarikan diri dari Quraisy dan mencari perlindungan pada kaum Muslimin adalah Sabiha binti Al-Haris. Suaminya tidak menerima keislaman dia.
Ketika orang Quraisy datang untuk menuntut pengembalian Sabiha, Nabi Muhammad ﷺ menolak untuk mengembalikannya dengan mengatakan bahwa kondisi dalam perjanjian hanya berlaku untuk laki-laki dan tidak untuk perempuan. Nabi ﷺ kemudian menikahkan Sabihah dengan Umar bin Khattab.
Di Madinah, Umar menikah dengan seorang wanita Ansar Asiah binti Sabat Ansari. Setelah pernikahan, Umar bin Khattab mengubah namanya menjadi Jamila. Umar bin Khattab tinggal bersamanya di Quba, dan dilaporkan bahwa ada cinta yang besar antara Umar dan Jamila. Beberapa tahun kemudian Umar menceraikannya dan pindah ke Madinah.
https://www.youtube.com/watch?v=8Isy_kBiQ3Y
‘Atika binti Zaid adalah sepupu Umar. Dia menikah dengan ‘Abdullah putra Abu Bakar. Ketika suaminya meninggal, Atika merasa sangat sedih. Sebagai simpati, Umar bin Khattab menikahinya pada tahun pertama kekhalifahannya.
Ummu Hakim adalah istri ‘Ikramah putra Abu Jakl. ‘Ikramah meninggal dalam pertempuran dan setelah itu Ummu Hakim menikah dengan Khalid bin Sa’id. Khalid bin Sa’id juga syahid di front Suriah. Umm Hakim sangat berduka, dan Umar bin Khattab menghiburnya dengan menikahinya.
Pada tahun 639 M, Umar bin Khattab menikahi Umm Kulsum putri Ali dan Fatima. Hingga wafatnya pada tahun 644 M, Umm Kulsum tetap menjadi istri kesayangannya. []