KETIKA Umar bin Khattab berkunjung ke Syam dengan mengendarai keledainya, beliau di sambut oleh Mu’awiyah yang mengendarai kereta kencana dan dikawal oleh sejumlah pasukan. Setelah bertemu, Mu’awiyah turun dari kereta kencana dan memberi salam kepada Umar.
Akan tetapi Umar terus berjalan dan tidak menjawab salamnya itu. Maka Abdurahman bin Auf berkata kepadanya, “Engkau tidak menghargai usahanya wahai Amirul Mukminin, apakah tidak sebaiknya engkau berbicara dengannya?”
Lalu Umar pun menemui Mu’awiyah dan bertanya kepadanya, “Apakah kereta kencana ini milikmu?”
BACA JUGA: Umar bin Khattab Sangat Sibuk, di Mana Aku Bisa Menemuinya?
Muawiyah menjawab, “Benar.”
Umar bertanya lagi, “Apakah kamu lakukan itu, meskipun banyak orang fakir menunggu di depan pintu memohon bantuan kepadamu?”
Ia menjawab, “Benar.”
Umar bertanya lagi, “Mengapa kamu melakukan itu?”
Ia pun menjawab, “Di daerah kami banyak mata-mata musuh. Jika kami tidak mempersiapkan sejumlah pasukan, kami khawatir mereka akan menyerang kita. Dan kereta ini untuk menjagaku dari seranan orang yang bermaksud jahat kepadaku. Aku adalah seorang pegawaimu.
Jika engkau menyuruhku untuk mengurangi tindakanku, maka aku akan menguranginya. Jika engkau menyuruhku untuk menambahkan tindakanku, maka aku akan menambahnya. Dan jika engkau menyuruhku untuk berhenti, maka aku akan berhenti.”
BACA JUGA: Detik-detik Umar bin Khattab Mengucapkan Syadahat
Umar pun menjawab, “Setiap kali aku meminta, maka kamu akan memenuhinya. Jika kamu jujur, maka tindakanmu benar. Tetapi jika kamu bohong, maka tindakanmu salah. Aku tidak akan menyuruhmu ataupun melarangmu.”
Sebenarnya Umar selalu melarang kepada para walinya agar tidak bersikap sombong dan bermewah-mewahan sehingga dapat memperlebar jarak pemisah antara mereka dengan rakyatnya. Meskipun demikian, beliau akan mentolerir tindakan tersebut jika dilakukan karena alasan tertentu yaitu demi kepentingan daerah yang bersangkutan. []
Sumber: Kejeniusan Umar/ Penulis: Abbas Mahmud AL Akkad/ Penerbit: Pustaka Azzam, 2002