PADA masa kecilnya, ‘Umar bin Khattab tak jauh berbeda dari yang lain. Hanya saja ia gemar belajar baca tulis yang sebenarnya tidak dilakukan oleh kebanyakan suku Quraisy pada waktu itu. Dan itulah yang menjadi keistimewaan ‘Umar kecil.
Keistimewaan lainnya padanya ialah akhlak yang baik. Terbukti ketika ia berceramah di atas mimbar, ia berbicara dan mencela dirinya sendiri untuk menyadarkan dalam kesendirian suatu kesombongan.
BACA JUGA: Umar Ingin Keluarganya Jauh dari Kesombongan
Tak hanya di situ saja, ‘Umar pun senang menggemabala dan mahir menunggang kuda. Pernah pada suatu masa ia memiliki kuda yang hitam pekat dan dengan rasa percaya dirinya ia membuat para pemuda yang berasal dari berbagai kabilah terkemuka iri hati. Lalu mereka mengajak berlomba. Setelah pemandu memberikan aba-aba, seketika itu pula ‘Umar dan kudanya melesat secepat kilat hingga penonton tak tahu apakah kuda itu dipacu di atas tanah atau terbang di angkasa.
Selain itu, setelah dewasa ‘Umar juga terampil dalam berniaga dan menyukai puisi. Sehingga hal itu mampu mengantarkannya menjadi orang kaya di Makkah dan ia mampu menjadi orang terkemuka di bidang puisi.
BACA JUGA: Kekhawatiran Umar saat akan Dibaiat Menjadi Khalifah
Namun meski begitu, ‘Umar pun tak luput dari kesalahan yang pernah ia perbuat sebelum masuk Islam. Ia memiliki kebiasaan buruk. Umar menyukai khamr. Tapi kegemarannya itu berakhir setelah ia masuk Islam. Bahkan ia bertanya berkali-kali tentang khamr kepada Nabi. Lalu Allah menurunkan surah al-Baqarah ayat 219 dan al-Maidah ayat 90-91 secara berangsur-angsur. []
Sumber: DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of ‘Umar bin Khaththab. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.