UMAR bin al-Khattab dikenal sebagai pribadi yang tegas, namun dalam waktu yang bersamaan pula ia begitu takut kepada Allah. Ia adalah orang yang banyak menangis tatkala mengingat Allah dan juga hari kiamat.
Suatu hari, seseorang mendatangi khalifah Umar lalu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, ikutlah bersamaku, tolonglah aku menghadapi fulan yang telah menzalimiku.”
BACA JUGA: Umar Menyatukan Shalat yang Berpencar
Umar pun mengangkat cambuknya lalu memukul orang itu seraya berkata, “Ketika Umar datang pada kalian, kalian tidak mengadu, ketika ia sedang sibuk dengan urusan kaum muslimin kalian mendatanginya.”
Orang itu pun pergi dengan menggerutu.
Tak lama kemudian, Umar memanggil kembali orang tersebut. Umar memberikan cambuknya kepada orang tadi lalu berkata, “Pukullah aku seperti aku memukulmu.”
Orang itu berkata, “Tidak wahai Amirul Mukminin, aku meninggalkannya demi Allah dan demi engkau.”
Umar berkata, “Jangan begitu, tinggalkanlah demi Allah semata dan mengharap ganjaran di sisi-Nya atau balaslah aku.”
BACA JUGA: Istana Surga Umar bin al-Khattab
Orang itu kemudian menjawab, “Aku meninggalkannya karena Allah wahai Amirul Mukminin.”
Ahnaf bin Qais menceritakan, “Setelah kejadian itu, ia pulang ke rumahnya lalu shalat dua rakaat kemudian duduk seraya berkata, ‘Wahai Ibnu al-Khattab, dahulu engkau rendah, lalu Allah mengangkatmu, dahulu engkau sesat, lalu Allah memberimu hidayah dan dahulu engkau hina lalu Allah memuliakanmu. Setelah itu Allah memberimu kekuasaan atas kaum muslimin. Seseorang datang meminta pertolonganmu, engkau malah memukulnya. Apa yang akan engkau katakan pada Rabb-mu kelak ketika engkau menghadap-Nya?’. Umar terus mencela dirinya, sampai aku (Ahnaf) berpendapat bahwa dia adalah orang terbaik di muka bumi.” []
Sumber: Abu Jannah. Sya’ban 1438 H. Serial Khulafa Ar-Rasyidin, Umar bin al-Khattab. Jakarta: Pustaka Al-Inabah.