ABDULLAH bin Ubay ialah salah satu tokoh munafik dari kaum Yahudi. Karena tindakannya yang sudah tidak dapat diampuni, maka Umar pun menyarankan kepada Rasulullah SAW untuk membunuhnya. Akan tetapi Rasulullah menolak usul tersebut dan membiarkan Abdullah terus melakukan perbuatannya hingga pengikutnya sendiri mengingkarinya dan anaknya ingin membunuhnya.
Kondisi tersebut sampai kepada Rasulullah SAW dan ia berkata, “Bagaimana pendapatmu, ya Umar? Jika aku membunuhnya pada saat engkau sarankan kepadaku untuk membunuhnya, maka para pengikutnya akan marah. Apabila pada saat ini engkau menyarankanku membunuhnya, maka akan kubunuh dia!”
BACA JUGA: Anak Seorang Tokoh Munafik yang Mencintai Nabi
Sampai pada waktunya Abdullah wafat, Umar melarang Rasululah untuk menshalatkannya. Umar menghalanginya dengan berdiri di depan dada Rasul sambil menyebutkan keburukan yang telah diperbuat oleh Ubay.
Umar pun mengingatkannya dengan menyebutkan ayat Al-Quran,
“Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”
Rasulullah pun berkata, “Dan aku akan menambahnya lebih dari tujuh puluh kali.”
BACA JUGA: Munafik, Sifat Buruk yang Dibenci Allah dan Rasulullah
Umar berkata: “Sesungguhnya dia itu orang munafiq.”
Setelah Rasulullah menshalatkannya, barulah turun ayat,
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik. (QS. At-Taubah : 84). []
Sumber: Kejeniusan Umar/ Penulis: Abbas Mahmud AL Akkad/ Penerbit: Pustaka Azzam, 2002