KEIMANAN yang terpatri dalam diri ‘Umar bin Khaththab begitu kuat, ia begitu kuat memaknai Iman kepada Allah dan juga Iman kepada Hari Akhir. Dengan dua hal itulah ‘Umar menyeimbangkan kehidupannya, antara kebutuhan dunia dan kebutuhan akhirat. Begitu besarnya rasa takut kepada Allah, membuat ‘Umar mudah menangis.
‘Umar pernah berkata. “Perbanyaklah mengingat neraka, sebab apinya sangat panas, dasarnya sangat dalam, dan pijakannya dari besi.”
BACA JUGA: Umar Tegaskan bahwa Aib Seseorang Itu Wajib Ditutupi
Suatu hari, seorang Arab Badui datang menemui ‘Umar lalu ia bersyair,
Wahai ‘Umar yang baik, engkau telah memperoleh ganjaran surga
Penuhi dan layanilah kebutuhanku
Aku bersumpah demi Allah, engkau pasti memenuhi kebutuhanku
‘Umar menanggapi, “Jika tidak aku penuhi, apa yang akan terjadi?”
Orang itu melanjutkan,
Aku bersumpah demi Allah, aku akan terus menerus memintanya
‘Umar menanggapinya lagi, “Jika aku telah tiada maka apa yang akan terjadi, wahai Arab Badui?”
Orang itu pun kembali melanjutkan,
Demi Allah, engkau pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas keadaanku
Kemudian engkau akan dimintai pertanggungjawaban akan hal lainnya
Orang yang dimintai pertanggungjawaban maka ia akan berada di antara dua persimpangan; neraka atau surga
BACA JUGA: Umar Menjadi Sebab Turunnya Ayat Ini
Mendengar itu, seketika ‘Umar menangis. Lalu ia berkata kepada pembantunya dengan air mata yang masih menetes, “Berilah baju ini kepadanya. Pemberian ini aku berikan bukan karena bait syairnya, tapi untuk bekalku nanti di akhirat. []
Sumber: DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of ‘Umar bin Khaththab. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.