KITA tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi Allah yang mana nanti, maka izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri .
Jangan memainkan semua peran,
ya jadi ibu.
ya jadi koki.
ya jadi tukang cuci.
ya jadi ayah.
ya jadi supir.
ya jadi tukang ledeng,
Anak mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, “Sini, Ayah bantu!”
Tutup botol minum sedikit susah dibuka, “Sini, Mama saja.”
Tali sepatu sulit diikat, “Sini, Ayah ikatkan.”
Kecipratan sedikit minyak “Sudah sini, Mama aja yang masak.”
Kapan anaknya bisa? Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana, Apa yang terjadi ketika bencana benar2 datang? Berikan anak2 kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri. Kemampuan menangani stress, Menyelesaikan masalah, dan mencari solusi, merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki. Skill ini harus dilatih untuk menjadi terampil, skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim.
Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan. Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi, tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.
Tampaknya sepele sekarang, secara apalah salahnya kita bantu anak?, Â Tapi jika anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu.
Sakit – sedikit, mengeluh.
Berantem sedikit, minta cerai.
Masalah sedikit, jadi stress.
Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.
AQ? Apa itu?
AQ asalah ADVERSITY QUOTIENT
Menurut Paul G. Stoltz, AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Bukankah kecerdasan ini lebih penting dari pada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari? Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya. Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar – benar tidak sanggup lagi.
Maka, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup. Tidak masalah anak mengalami sedikit luka, sedikit menangis, sedikit kecewa, sedikit telat, dan sedikit kehujanan.
Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan. Ajari mereka menangani frustrasi. Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel, Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari?, Bisa – bisa anak anda ikut mati.
Sulit memang untuk tidak mengintervensi, ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih. Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi, Jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.
Tapi sadarilah, hidup tidaklah mudah, masalah akan selalu ada. Dan mereka harus bisa bertahan melewati hujan, badai, dan kesulitan, yang kadang tidak bisa dihindari.
Sumber: Ibu Elly Risman (Senior Psikolog dan Konsultan, UI)