Oleh: Ratna Dewi Idrus
Penulis Buku dan Ibu Rumah Tangga Tinggal di Banjarmasin
KENANGAN 5 tahun lalu itu terekam lewat tulisan, saat Annida putri saya berusia sekitar 8 tahun, sore itu, usai shalat Ashar, saya sedang mengaji juz 2 di sampingnya. Tak sabar hatinya berkata, “Tolong bacakan artinya dong Ummi…” pintanya. Ya, anak saya senang mendengarkan arti Qur’an. Akhirnya saya pun membacakan arti Al Qur’an juz 1 yang belum sempat saya baca kemarin.
Tibalah saya di ayat yang bercerita tentang Nabi Adam saat Allah memerintahkannya turun dari surga, yaitu surat Al Baqarah ayat 38:
“Kami berfirman: Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Tiba-tiba anak saya bertanya, “Apakah karena dosa Nabi Adam makan buah khuldi ia diturunkan Allah dari surga, Ummi?”
Mendengar pertanyaannya saya tersenyum, dan menjelaskan dengan hati-hati. “Tidak sayang, Nabi Adam kan sudah minta maap pada Allah dan Allah sudah memaafkannya. Bukankah Allah Maha Pemaaf? Allah menurunkan Nabi Adam ke bumi bukan karena dosanya, tetapi karena sudah waktunya Nabi Adam turun ke bumi. Hal ini kita ketahui dari firman Allah surat Al Baqarah ayat 30, dimana Allah berfirman kepada para malaikat, bahwa Allah hendak menjadikan khalifah (pemimpin) di bumi. Jadi Allah menciptakan Nabi Adam untuk menjadikannya pemimpin di bumi.
“Tapi mengapa Allah memasukkan Adam ke surga?” Tanya buah hati saya lagi. Kesempatan emas ini tidak saya biarkan begitu saja, dengan semangat saya menjelaskan padanya. “Allah memasukkan Nabi Adam ke surga untuk memberi pelajaran berharga padanya agar ia mengerti bahwa Setan adalah musuhnya. Hingga ia harus hati-hati saat turun ke dunia nanti.
Ayah dan bunda juga pasti pernah mendapat pertanyaan seperti ini atau pertanyaan lain yang membutuhkan pengetahuan kita untuk menjelaskannya. Sungguh penjelasan kita sangat berarti bagi anak. Betapa tidak, penjelasan kita yang salah akan merusak bangunan ilmu yang bersih ke dalam jiwanya.
Bahwa “karena dosanya Allah menurunkan Nabi Adam dari surga ke bumi”, dimana di surga kehidupan serba nyaman, apapun keinginannya bisa terwujud, ingin makanan langsung datang, ingin buah tinggal petik dan kenyamanan lainnya. Namun karena dosanya Allah menurunkan Nabi Adam ke bumi, dimana jika mau makan saja harus menanam dulu, menunggu hasilnya, jika tidak mampu mengusahakan sendiri, pun demikian pula dengan kita, jika tak mampu mengusahakan harus beli, jika tak mampu beli dengan utang. Intinya karena semakin banyak dosa maka semakin susahlah hidup kita.
Begitu pernyataan dari salah seorang ustadz yang pernah saya dengar. Dari hikmah yang diuraikannya bahwa semakin banyak dosa manusia maka kehidupannya semakin susah itu saya sangat setuju dan benar adanya. Karena dosa manusia itu menutupi rezekinya. Dan ini sangat sesuai benar dengan Al Qur’an surat Thahaa, 20 ayat 124:
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.”
Namun bukanlah karena dosa, Nabi Adam diturunkan Allah dari surga-Nya. []