SETELAH Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, sejumlah kabilah Arab murtad. Demi menumpas kemurtadan, Abu Bakar kemudian mengirim sejumlah pasukan untuk menumpas orang-orang murtad dan mengembalikan mereka ke pangkuan agama Allah.
Ummu Umarah tidak mau ketinggalan, ia segera meminta izin kepada Abu Bakar untuk ikut bersama pasukan menuju Yamamah untuk meneruskan perjalanan jihad dan menuntut balas kematian anaknya, Hubaib, terhadap Musailamah Al-Kadzdzab.
BACA JUGA:Â Kisah Syahidnya Ummu Haram binti Milhan
Ummu Umarah atau nama lengkapnya Nusaibah binti Ka’ab bin Amru bin Auf bin Mabdzul al-Anshaiyah. Ia adalah seorang wanita dari Bani Mazin an-Najar.
Beliau wanita yang bersegera masuk Islam, salah seorang dari dua wanita yang bersama para utusan Anshar yang datang ke Mekah untuk melakukan bai’at kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disamping memiliki sisi keuatmaan dan kebaikan, ia juga suka berjihad, pemberani, ksatria, dan tidak takut mati di jalan Allah.
Sebelumnya Ummu Umarah juga pernah ikut dalam peperangan yaitu perang Uhud. Dalam Perang Uhud, Ummu Umarah ikut dengan suaminya (Ghaziyah bin Amru) dan bersama kedua anaknya dari suami yang pertama (Zaid bin Ashim bin Amru), kedua anaknya bernama Abdullah dan Hubaib.
Di siang hari beliau memberikan minuman kepada yang terluka, namun tatkala kaum muslimin porak-poranda beliau segera mendekati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa pedang (untuk menjaga keselamatan Rasulullah) dan menyerang musuh dengan anak panah. Beliau beperang dengan dahsyat.
Beliau menggunakan ikat pinggang pada perutnya hingga teluka sebanyak tiga belas tempat. Yang paling parah adalah luka pada pundaknya yang tekena senjata dari musuh Allah yang bernama Ibnu Qami’ah yang akhirnya luka tersebut diobati selama satu tahun penuh hingga sembuh.
Sekalipun pernah mendapatkan luka yang parah pada perang Uhud, Ummu Umarah tidak berhenti hingga sama perjuangannya, pada perang Yamamah, Ummu Umarah kembali ikut menumpas para musuh Allah.
Di Perang Yamamah, Ummu Umarah melaju membelah barisan-barisan pasukan untuk memerangi musuh-musuh Allah, saat itu usianya sudah lebih dari 60 tahun dan terus menebaskan pedang ke pasukan murtad.
BACA JUGA:Â Kisah Ummu Syuraik Al-Qurasyiah, Perempuan Pembela Dakwah
Allah pun membahagiakannya dengan terbunuhnya Musailamah dalam perang Yamamah. Tatkala Ummu Umarah melihat Musailamah terkapar, ia pun sujud syukur kepada Allah, melupakan semua luka di sekujur tubuhnya. Dalam peperangan ini, Ummu Umarah mendapatkan sebelas luka dan tangannya terpotong.
Mujahidah yang menorehkan kata-kata cahaya di kening sejarah ini kemudian pulang. Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar menemuinya, menanyakan dan memastikan kondisinya. Sebab, ia menempati kedudukan tinggi di hati para shahabat Nabi. Dan ia tetap seperti itu hingga saat-saat terakhir usia. []
Sumber: Biografi 35 Shahabiyah Nabi/ penulis: Syaikh Mahmud al-Mishri/ penerbit: Ummul Qura/ Agustus 2016