JENEWA– Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menyatakan keprihatinan terhadap kondisi hidup miskin pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh.
Kekhawatiran itu diungkapkan komisioner UNHCR, Filippo Grandi, setelah melakukan kunjungan di dua kamp pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh yang berbatasan dengan Rakhine, Myanmar.
Cox’s Bazar menjadi tuan rumah ratusan pengungsi Rohingya. “Saya mengatakan bahwa ia cukup mengkhawatirkan terutama bagi mereka yang telah lama berada di sini dan mereka yang baru tiba dari situasi yang sangat traumatis, ia lebih buruk.” ujarnya.
“Kami menawarkan keahlian teknis (ke Myanmar). Saya pikir mungkin pengungsi akan tinggal di sini (Bangladesh) untuk periode lebih lama lagi, “katanya dikutip AFP.
Sementara, Kepala UNHCR memperingatkan terhadap kondisi kelompok minoritas Muslim yang kini menghadapi situasi lebih buruk di utara Rakhine.
Rakhine menjadi tempat kekerasan komunal di tangan ekstremis Buddha radikal sejak 2012. Ratusan etnis Rohingya tewas, dan puluhan ribu dipaksa keluar dari rumah dan menjadi pengungsi di negara-negara tetangga seperti Bangladesh, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Dhaka memperkirakan 400.000 pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh, termasuk hampir 70.000 yang telah tiba sejak Oktober akibat melarikan diri teror di bagian barat Rakhine, Myanmar.
Banyak diantara korban mengenang cerita-cerita mengerikan dari kampung-kampung jalaman mereka yang dibakar, termasuk keluarganya manjadi korban dibakar hidup-hidup dan pemerkosaan para wanita oleh pihak pasukan keamanan Myanmar.[]