NABI adalah sebaik-baiknya manusia dalam kejadian dan budi pekertinya. Beliau lebih suka memberikan petunjuk kepada jalan yang benar.
Akhlaknya mengikuti petunjuk Al-Quran, tabiatnya pengampun, suka menuturkan nasihat kepada manusia, dan lapang dalam berbuat kebajikan.
Memaafkan kesalahan yang menjadi haknya. Apabila dilanggar, maka tak ada seorang pun yang berani berdiri, karena kemarahannya.
BACA JUGA: Sawad Peluk Nabi sebelum Perang Badar
Siapa saja yang melihat sepintas lalu kepadanya, timbul rasa gembira bercampur ketakutan karena kewibawaannya. Apabila mendapat undangan dari orang miskin, tentu beliau kabulkan.
Rasulullah tetap berkata benar, sekali pun merasakan pahit. Beliau tidak pernah menyimpan tipu muslihat dan berbuat yang membahayakan umat Islam.
Siapa saja yang melihat raut wajahnya, maka akan terlihatlah bahwa beliau bukanlah pendusta, tercela, dan pencela. Apabila gembira wajahnya bagaikan bulan.
Apabila berbincang-bincang dengan manusia, seolah-olah dari pembicaraan beliau itu, mereka memetik buah yang manis.
Apabila tersenyum, senyumnya bagaikan air embun yang menyejukkan. Apabila bertutur kata, tuturannya bagaikan untaian mutiara.
Apabila berbicara seolah-olah minyak kasturi keluar dari mulutnya. Apabila melintasi sebuah jalan, dapatlah diketahui dari bau semerbaknya bahwa beliau baru saja melintasinya.
Apabila duduk dalam satu majelis, tertinggal pulalah bau semerbaknya sampai beberapa hari. Sekalipun beliau sudah tidak ada di situ. Beliau senantiasa semerbak, sekalipun tidak berminyak wangi.
Apabila berjalan bersama-sama para sahabatnya, beliau bagaikan bulan di antara bintang-bintang yang cemerlang. Apabila datang waktu malam, seolah-olah manusia berada di waktu siang, lantaran pancaran nurnya.
BACA JUGA: Ketika Nabi Membebaskan Juwairiyyah binti al-Harits
Rasulullah adalah orang yang paling bermurah hati dalam berbuat kebajikan, dibandingkan dengan angin yang bertiup bebas sekalipun. Beliau berbelas kasih terhadap anak yatim dan para janda.
Sebagian orang yang menyifatinya mengatakan, “Saya belum pernah melihat seorang pun yang berambut hitam dengan pakaian merah, yang seeloknya.”
Pernah ditanyakan kepada sebagian orang, “Benarkah wajah beliau itu bagaikan bulan?” Jawabannya, “Bahkan lebih bercahaya lagi daripada bulan yang tidak ditutupi awan. Beliau serba agung dan sempurna sifatnya.”
Sebagian orang berkata, “Saya belum pernah melihat orang yang sebelumnya dan sesudahnya yang serta dengannya. Takkan mempu lidah yang fasih, apabila ingin menyebutkan keutamaan-keutamaannya.”
Maha Suci Allah yang telah mengistimewakan Rasulullah SAW, sehingga mencapai tempat yang tertinggi.
Menjalankannya di malam hari sampai ketempat yang terdekat dengan Tuhannya laksana jarak dua busur panah atau lebih dekat lagi. Beliau dikuatkan dengan mukjizat yang tak terhitung banyaknya.
Disempurnakan dengan sifat-sifat kesempurnaan, dan diberikan kepadanya lima waktu sholat yang belum pernah kepada seseorang sebelumnya.
BACA JUGA: Ketika Nabi Mengunci Tubuh Zahir
Diberikan kepadanya kepandaian merangkaikan kalimat-kalimat yang sedikit ucapannya. Namun, sangat luas pengertiannya, sehingga tak mungkin dicontoh orang lain.
Beliau dapat menasehati setiap orang yang mempunyai kedudukan. Setiap kesempurnaan yang timbul dari padanya, justru malah menambah kesempurnaannya.
Beliau tidak menolak setiap pertanyaan dan tidak mencegah diri dari memberi jawaban. Tidak pernah sekalipun lisannya bergerak, melainkan keluar daripadanya ucapan yang benar. []
Referensi: Akhlak Mulia Rasulullah/Al-Ghazali/Al-Kautsar/2004