JAKARTA—Kandasnya pesawat Lion Air JT 610 dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkapinang pada Senin (29/10/2018) kemarin di sekitar perairan Tanjung Karawang, mengundang banyak pertanyaan.
Seperti diketahui pesawat Boeing 737 Max 8 yang baru dioperasikan pada 15 Maret 2018 itu merupakan keluaran baru. Hingga kini Tim Basarnas tengah melakukan pencarian semua penumpang serta awak kapal tersebut.
BACA JUGA: Kencangnya Arus Bawah Laut jadi Kendala Pencarian Bangkai Utama Lion Air JT-610
Menanggapi kejadian tersebut, Kapten Novi Isnurianto, seorang pilot senior, mengaku sulit menerimanya dengan nalar sebuah pesawat baru telah mengalami kerusakan mesin. Sebab, lanjutnya, bagaikan mobil atau produk otomotif lainnya, mesin baru sejatinya masih berada dalam kondisi maksimal.
Lalu sebelum mengudara, setiap pesawat akan melalui proses pengcekan untuk menentukan apakah pesawat tersebut berada dalam kondisi laik udara atau airworthy.
“Ada buku panduannya, namanya minimum equipment list. Semua keterangan dan benda yang ada di pesawat masuk dalam buku tersebut. Buku itu juga menjelaskan, apa yang harus dilakukan ketika terjadi kerusakan di bagian pesawat. Apakah bisa langsung diperbaiki atau tidak, penjelasan dalam buku itu menentukan apakah pesawat laik terbang atau tidak,” ujarnya, Selasa (30/10/2018).
Pesawat yang boleh dioperasikan adalah yang lolos airworthy, atau laik mengudara. Dalam buku manual itu, ada petunjuk sejauh mana kerusakan bisa ditolerir.
“Semua komponen dimasukkan ke situ. Dan jika terjadi kerusakan, apa yang harus diperbuat. Apakah bisa langsung diperbaiki atau tidak. Hal-hal seperti itu yang akan menentukan apakah pesawat tersebut layak terbang atau tidak,” ujarnya.
Misalnya radio yang digunakan dalam pesawat. Jika ada empat radio, lanjut Novi, tapi salah satu radio tak berfungsi, maka buku panduan akan memberitahu. Apakah penerbangan dengan menggunakan tiga radio masih aman dilakukan.
BACA JUGA: Gagal Naik Lion Air
Atau misalnya, jika masih bisa terbang, namun dalam waktu dua pekan radio tersebut harus sudah harus diperbaiki.
Novi mengungkapkan, buku panduan tersebut biasanya berukuran tebal karena isinya menyangkut semua yang ada di pesawat, bahkan hingga roda pesawat.
“Jika terjadi masalah atau kerusakan di salah satu komponen, maka pilot dan teknisi wajib berdiskusi dengan mengikuti panduan dalam buku tersebut. Mereka bisa menentukan, kerusakan apa yang bisa ditolerir dan mana yang tidak bisa,” ujarnya menjelaskan.
Setiap kerusakan, menurut Novi, bisa diperbaiki. Bahkan perbaikan dalam satu malam juga terhitung masuk akal.
“Jika benda yang rusak sedemikian penting dan harus segera diperbaiki, bahkan mungkin diganti. Jika komponen pesawat tersebut termasuk yang sering diganti, biasanya di tiap stasiun penggantinya sudah disediakan. Proses penggantian tersebut bahkan bisa dilakukan dalam beberapa menit,” tuturnya.
Jika turun pesawat dan ada komponen yang bermasalah, lanjutnya, maka ia tinggal menulis di ‘maintenance log book’ apa yang rusak. Selanjutnya, teknisi yang membaca catatannya akan segera menyelesaikan dan memperbaiki komponen yang bermasalah tersebut.[]
SUMBER: VIVA