SEBANYAK 83 anak kehilangan nyawa mereka di zona perang Timur Tengah sepanjang Januari 2018. Sebagian besar korban adalah dari Suriah, Badan Perlindungan Anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan pada Senin (5/2/2018). UNICEF bersumpah bahwa mereka “Tidak akan pernah tinggal diam.”
“Mereka terbunuh dalam konflik yang tengah berlangsung, serangan bunuh diri atau mati membeku akibat cuaca dingin ekstrem ketika mereka melarikan diri dari zona perang yang aktif,” kata direktur regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Geert Cappelaere.
“Selama Januari saja, kekerasan di Irak, Libya, Negara Palestina, Suriah dan Yaman telah merenggut nyawa setidaknya 83 anak,” ungkap Cappelaere, Alarabiya melaporkan.
Bahkan Cappelaere menyebut Januari sebagai “Bulan gelap dan berdarah.” Ia mengatakan bahwa “Tidak dapat diterima bahwa anak-anak terus terbunuh dan terluka setiap hari.”
“Anak-anak mungkin telah dibungkam tapi suara mereka akan terus terdengar, suara mereka tidak akan pernah bisa dibungkam,” kata Cappelaere.
Korban tewas tertinggi berada di Suriah, di mana 59 anak tewas terbunuh dalam kekerasan akibat perang yang telah memasuki tahun kedelapan.
Di Yaman, yang telah dilanda konflik sejak Maret 2015, sedikitnya 16 anak telah terbunuh.
Di kota kedua Libya, Benghazi, sebuah serangan bom menewaskan tiga anak sementara tiga lainnya meninggal ketika “Bermain di dekat senjata tidak aktif” dan anak keempat terluka parah.
Seorang anak terbunuh di sebuah rumah hancur di kota Mosul, Irak.
Dan di utara kota Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, tentara Israel telah menembak seorang anak laki-laki Palestina berusia 16 tahun hingga meninggal dunia.
Sedangkan empat anak termasuk di antara 16 pengungsi Suriah “Tewas membeku” dalam badai salju ketika mereka melarikan diri dari negara mereka ke Lebanon. UNICEF menambahkan bahwa banyak anak menderita akibat gigitan suhu dingin.
Sementara itu, seorang pejabat keamanan Lebanon mengumumkan seorang korban tewas pada usia 17 tahun. []
SUMBER: ALARABIYA