SETIAP muslim melaksanakan ibadah setiap saat, tapi apakah seorang muslim sudah mengetahui unsur penghambaan dalam ibadah?
Sebagian hukama’ mengatakan:
“Semua ibadah yang ada mengandung empat unsur penghambaan, yaitu: memenuhi janji, menjaga batas-batas ketentuan hukum, sabar terhadap sesuatu yang hilang dan ridha terhadap semua kondisi yang ada.”
BACA JUGA: Kamu Harus Tahu, Inilah 6 Perkara yang Membatalkan Ibadah Seorang Muslim
Inilah penjelasan di antaranya:
1. Unsur Penghambaan dalam Ibadah: Memenuhi Janji
Memenuhi janji di sini yaitu, dengan melaksanakan seluruh kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan dan menjauhi hal-hal yang Allah larang.
Karena setiap hamba haruslah memenuhi janji tersebut. Hal ini bersamaan dengan tujuan kita hidup di dunia yaitu untuk beribadah kepada Allah.
Nanti segala sesuatu yang kita kerjakan akan dimintai pertanggungjawabannya. Jangan sampai seorang hamba melakukan kemaksiatan lalu berjanji tidak mengulanginya lagi, tapi pada kenyataannya mengulangi kesalahan yang sama.
Hendaknya seorang hamba menjadikan kesalahan untuk pelajaran agar bisa menjadi lebih baik kedepannya.
2. Unsur Penghambaan dalam Ibadah: Menjaga Batas-batas ketentuan Hukum
Menjaga batas-batas di sini merupakan penekanan agar seorang hamba benar-benar menjahi segala yang diharamkan oleh Allah SWT.
Sebagaimana diriwayatkan dari Al-Bukhari dan Muslim,
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,‘Apa saja yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya apa yang membinasakan umat sebelum kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi Nabi-nabi mereka’.”
Maka hendaknya seorang muslim menjauhi apa yang Allah larang. Karena apabila seorang hamba melampaui aturan-aturan dan batasan-batasan Allah, tentu Allah akan memberikan balasan seadil-adilnya.
Maka unsur penghambaan dalam ibadah ini janganlah disepelekan bahkan ditinggalkan.
BACA JUGA: Muslim Harus Tahu, Inilah 6 Alasan Beribadah kepada Allah
3. Unsur Penghambaan dalam Ibadah: Sabar Terhadap sesuatu yang Hilang
Unsur penghambaan dalam ibadah yang selanjutnya adalah sabar. Yaitu sabar atas kehilangannya diri atas orang-orang atau barang-barang yang dicintai.
Karena sejatinya semua yang ada di dunia adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah SWT.
Bila kita dititipkan suatu barang dan dikenalkan kepada seseorang, maka kita harus berdamai dan menerima bahwa semua itu tidaklah abadi.
Dan kita juga bisa berupaya dan berdoa agar dapat dipertemukan di dunia yang selanjutnya. Yaitu dengan taat dan beribadah kepada Allah SWT.
Allah berfirman,
“Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Gafir: 39).
Maka sabarlah atas segala yang hilang dan ikhlas atas ketetapan-Nya.
4. Unsur Penghambaan dalam Ibadah: Ridha Terhadap Semua Kondisi yang Ada
Unsur penghambaan yang terakhir adalah ridha atas semua kondisi yang ada. Yaitu seorang hamba merasa cukup dan bersyukur atas segala yang Allah berikan.
Yaitu mensyukuri makanan, pakaian, tempat tinggal yang sudah dimiliki dan lain sebagainya.
Dan hendaknya seorang muslim berprasangka baik kepada Allah. Karena apa yang kita anggap buruk belum tentu buruk menurut-Nya, begitu pun sebaliknya.
https://www.youtube.com/watch?v=5SQK5mp4M9s
Allah memberikan apa yang kita butuhkan, kalau pun ada lebih hendaknya dipakai untuk beramal saleh dan jangan sampai membawa pada kelalaian.
Dan kondisi-kondisi yang sedang seorang hamba rasakan pastilah ada maksudnya, bahkan bisa menghantarkan kepada hal yang lebih baik dan jalan yang lapang untuk ke depannya.
Bisa jadi pula kondisi ini mengasah kekuatan, kesabaran dan ketaatan seorang hamba. Maka teruslah berjuang di jalan Allah dengan segala kondisi yang dirasakan.
BACA JUGA: Pertahankan Potensi Ibadahmu
Itulah empat unsur penghambaan dalam ibadah yang perlu kita perhatikan dan aplikasikan.
Semoga dengan memahami ke empat hal ini, seorang hamba dapat lebih maksimal dalam beribadah.
Dan tentunya lebih dapat memahami hakikat dari beribadah itu sendiri, yaitu hanya karena Allah semata dan bukan karena yang lainnya.
SUMBER: Nasha ‘ih al-‘ibad fi Bayani Alfahzi al-Munabbihat’ala Isti’dad Li Yaum al-Ma’ad | Oleh: Syekh Nawawi al-batani | Penerjemah: Fuad Saifudin Nur | WALIPUSTAKA | 2016