Oleh: Susi LW,
susiakmal@yahoo.com
HIKMAH berlimpah dari sebuah sinetron di salah satu televisi siswasta yang belum lama ini saya tonton. Cerita bermula dari seorang pria yang ahli sedekah, ia selalu membantu tetangga yang kesulitan.
Kebaikan selalu menjadi kebetuhan untuknya. Hingga suatu saat ia mengalami kebangkrutan dan cobaan dari Allah SWT, anak perempuan satu-satunya sakit keras dan memerlukan biaya yang sangat banyak. Rumah yang ditempatinya kini telah digadaikan, usahanya terpaksa ditutup karena tidak mampu menggaji karyawannya. Lalu apa yang terjadi pada Istrinya? Wanita ini murka pada suaminya, karena menurutnya kebaikan yang selama ini dia lakukan tidak ada manfaatnya.
“Untuk apa sedekah bila kita harus mengalami kebangkrutan seperti ini? Untuk apa membantu kesulitan orang lain bila saat kita terpuruk mereka menjauh dan tidak peduli. “ Kira-kira seperti itu yang saat itu diucapkan Sang Istri dan marah terhadap takdir yang Allah SWT berikan.
Sungguh disayangkan atas apa yang diucapkan oleh Istri Si Ahlisedekah tersebut, betapa tidak? Seolah-olah dia telah membeli takdir Allah SWT dengan sedekahnya. Dengan harapan hidupnya akan sesuai dengan kehendak sendiri, karena sedekah dan amal kebaikan yang mereka kerjakan. Dia mengira kendali hidup ada ditanganya, hingga lupa Allah SWT yang mengatur segalanya. Lalu bagaimana dengan pertanyaan sang istri “Untuk apa sedekah dan amal baik dilakukan, bila masih mengalami kebangkrutan? Jika sudah begini apa yang bisa kita lakukan?”
Firman Allah SWT:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diujilagi? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang berdusta.” (Q.s. Al-‘Ankabut: 2-3)
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” (Q.s. Al-Baqarah: 45)
Jangan mengeluh ketika mendapat cobaan dari Allah SWT, karena tidak ada manusia yang tidak diuji. Layaknya anak SD yang akan diuji sebelum naik ke kelas yang lebih tinggi, begitu pula pada kehidupan kita. Ujian yang ada adalah cara Allah SWT menaikan derajat kita sebagai manusia yang lebih baik lagi. Bahkan manusia semulia Nabi Muhammad SAW hidupnya penuh dengan ujian, akan tetapi beliau selalu yakin bisa melewatinya dengan baik dan bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupnya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu sabar dan bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. Aamiin. []
Bekasi, 8 Juni 2016