Oleh: Ainul Marifah, S.Si
ainulmarifah1453@gmail.com
INDONESIA fix terjangkit virus Corona seusai Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa ada dua warga yang terjangkit virus corona. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto juga menyatakan jika WNI yang terjangkit tersebut saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Suraso, Jakarta Utara. Sontak, berita ini membuat geger seluruh warga negara Indonesia. Ketakutan akan terdampak menularnya virus corona melanda di mana-mana.
Namun sayang beribu sayang. Efek bencana virus corona ini tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tapi juga sektor ekonomi bahkan sosial. Dikabarkan sektor ekonomi merosot karena banyak investasi yang gagal akibat kabar Indonesia fix terjangkit corona. Sedangkan di tengah-tengah masyarakat, saking paniknya, warga berjubel memborong kebutuhan pokok dengan dalih antisipasi karena adanya virus corona. Tidak hanya itu, handsanitizer menjadi barang langka yang diburu di mana-mana. Bahkan beredar video seorang ibu-ibu memborong handsanitizer di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta.
BACA JUGA: Di Inggris, Harga Tisu Toilet Meroket Hingga Rp18,5 Juta karena Virus Corona
Dan yang lebih miris adalah, melambungnya harga masker. Masker adalah kebutuhan pokok saat ini, dikarenakan melandanya wabah virus corona. Dilansir dari Jawapos.com, karena efek virus corona harga masker di Pasar Pramuka tembus Rp 1,5 juta per boks dengan merek N95. Sedangkan yang kualitasnya lebih rendah harganya Rp 350 ribu berisi 50 buah yang biasanya harganya hanya kurang dari Rp 30 ribu. Meningkat 10 kali lipat lebih.
Kondisi ini pun dimanfaatkan oleh oknum-oknum jahat yang tega memproduksi masker-masker yang tak layak konsumsi. Dimana bahan yang digunakan sangat jauh dari standar SNI, bahkan dikabarkan oleh kepolisian jika mereka menggunakan bahan sampah atau bahan bekas. Dan lebih parah lagi ada yang mengimpor bahan tersebut dari China sebagai negara asal virus corona.
Sungguh bencana ini mengingatkan kita tentang lirik lagu Ebiet G Ade yang berjudul “Untuk Kita Renungkan”. Lirik lagunya sebenarnya sederhana, hanya saja mampu menyentil kondisi saat ini. Dalam lirik tersebut tertulis,
“Memang bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat”.
Itulah faktanya, dalam kondisi yang mencekam seperti ini, masih banyak manusia-manusia nista yang memanfaatkan situasi dan kondisi. Tentu bukan tidak mungkin mereka menaikkan harga masker karena ingin mendapatkan keuntungan atas wabah virus corona ini. Dan para oknum yang tega membuat masker dari bahan bekas jelas mengambil keuntungan ekonomi tanpa peduli dampak dari penggunaan masker buatannya tersebut.
Kondisi ini bukan kali pertama, bencana gempa Lombok tahun 2018 lalu juga demikian. Terpal yang merupakan kebutuhan pokok untuk membuat tenda sederhana harganya luar biasa mahalnya. Harga terpal yang notabene hanya puluhan atau ratusan ribu meningkat menjadi jutaan. Manusia-manusia nista masih rakus memanfaatkan kondisi dari sebuah bencana hanya untuk kepentingan pribadi mereka. Hati nurani sudah tumpul bahkan hilang entah kemana.
Inilah manusia-manusia nista yang hanya mengedepankan untung rugi dan bukan hati nurani. Mereka hanya tahu bagaimana memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa peduli dengan kondisi sesamanya tanpa peduli halal atau haram. Mereka mengambil kesempatan dalam kesempitan dalam penderitaan sesamanya. Mereka lupa bahwa bukan tidak mungkin bencana tersebut juga menjangkiti mereka.
Wahai manusia, sudah selayaknya kita kembali menelisik hati nurani kita. Meraba dinding titip di ruang dada terdalam. Apakah kita ini masih manusia atau sudah berubah menjadi makhluk lain yang tak punya hati nurani?
BACA JUGA: Ini 5 Organ Vital di Tubuh yang Bisa Diserang Virus Corona
Allah SWT menciptakan kita sebagai seorang makhluk yang paling mulia yang bernama manusia. Kemuliaan itu tersematkan karena Allah SWT membekali kita akal dan hati nurani. Akal untuk berfikir dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sedangkan hati nurani untuk merasa dan saling berempati sesama manusia. Tidakkah kita ingat hadits yang disampaikan dari Abu Hamzah Anas bin Malik ra., pembantu Rasulullah SAW, Rasulullah SAW bersabda, “Salah seorang diantara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits tersebut menyebutkan bahwa kita tidak dikatakan beriman jika tidak mencintai saudara sesama manusia seperti mencintai diri kita sendiri. Sebegitu luar biasanya perkara tersebut hingga Rasulullah SAW menyebutkan tidak beriman atau tidak sempurna imannya. Maka jika tidak beriman atau tidak sempurna imannya apakah masih bisa kita dikatakan seorang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW? wallahua’lam. Semoga dengan bencana virus corona ini kita semakin sadar bahwa kita adalah manusia yang diciptakan Allah SWT dengan hati nurani dan juga kita adalah makhluk terbatas dan tidak sempurna. Saling membutuhkan satu sama lain. Dan tentunya Allah SWT-lah Sang Maha Penolong lagi Maha Agung. Wallahualam. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.