BETUL! Betul! Betul!. Jargon ini sering sekali diucapkan oleh tokoh kartun kembar yang menggemaskan yaitu Upin & Ipin. Tentunya, semua masyarakat di Indonesia sudah mengenal Upin & Ipin beserta tektek-bengek yang berkaitan dengan mereka.
Mulanya, tayangan Upin & Ipin khusus disajikan untuk menyambut bulan Ramadhan pada tahun 2007 dengan tujuan untuk mendidik anak-anak agar memahami arti dan pentingnya bulan suci Ramadhan.
Tayangan ini membawa nilai-nilai budaya Melayu yang kental dan memberikan beberapa pesan agama dan moral bagi siapapun yang menontonnya. Seperti tanggung jawab, kemandirian, tolong-menolong, kepatuhan tehadap agama Islam, orang tua, dan guru serta menyisipkan pesan-pesan lainnya.
Karakter Khas
Film animasi produksi Les’ Copaque Production, Malaysia ini menjadi salah satu serial yang ditunggu-tunggu kehadirannya baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Bagaimana tidak? Tokoh-tokoh dalam tayangan Upin & Ipin memiliki karakter yang khas dan menggemaskan. Seperti halnya Upin yang memiliki sehelai rambut di atas kepalanya. Upin biasanya memakai baju biru yang bertuliskan huruf “U”. Dia cenderung paling sering berbuat ulah dan paling suka memakan ayam goreng.
Kemudian ada Ipin yang berkepala botak dengan menggunakan baju berwarna kuning bertuliskan huruf “I”. Biasanya Upin lebih sering berkata “Betul! Betul! Betul!” setelah mendengarkan apa yang Upin ucapkan.
Selain itu, ada Mei-Mei yang imut dan berkepribadian cerdas. Jarjit Singh yang gemar membuat membuat pantun, Ehsan yang manja dan suka makan, Fizi yang suka mengejek orang lain, dan Mail yang senang berjualan, ada pula susanti seorang anak perempuan yang merupakan pindahan dari Indonesia. Dan masih ada beberapa lagi tokoh dalam tayangan ini dengan berbagai karakternya.
Dakwah Tak Harus Berkhutbah
Tayangan Upin & Ipin menyadarkan kita bahwasanya menyampaikan pesan-pesan agama itu tidaklah harus berkhutbah atau menyampaikan ayat-ayat terutama kepada anak-anak. Mereka tidak akan betul-betul serius dan antusias dengan pengajaran agama yang disampaikan melalui berkhutbah. Namun, penyampaian pesan-pesan agama bisa dibalut dengan media-media yang menarik untuk diperhatikan oleh anak-anak.
Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat. Lalu bagaimana dengan tayangan yang sering ditonton oleh anak Anda? Apakah anda membiarkan si kecil menonton kartun yang mengajarkan kekerasan seperti kucing yang memukul-mukul tikus. Atau kartun anak yang memuja-muja dewa? Atau kartun yang memiliki ‘kantung ajaib’ sehingga anak menganggap bahwa tokoh tersebutlah yang memiliki segalanya?
Bagaimana jika si kecil meniru apa yang mereka lakukan? Untuk itu, sejak dini dampingilah si kecil saat menonton televisi dan sajikanlah tayangan yang mendidik serta mengajarkan nilai-nilai moral serta agama agar menumbuhkan efek positif bagi anak. Betul, betul, betul? []