Oleh: Agi Bella Vania
Penulis merupakan praktisi pendidikan
SEORANG guru SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura, Jawa Timur, meninggal dunia. Diduga tewasnya guru tersebut karena dianiaya oleh siswanya sendiri. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, kasus ini berawal pada saat proses belajar mengajar Seni Rupa berlangsung di Kelas XI SMA Negeri 1 Torjun. Guru bernama Ahmad Budi Cahyono tersebut menegur muridnya berinisial MH. Sang murid tak terima dan keduanya terlibat cek-cok.
Saat keributan itu, MH disebut menganiaya Ahmad. Setelah berhasil dilerai, guru yang tinggal di Desa Jrengik, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang ini dibawa ke ruang guru. Kepala sekolah mengaku saat itu tidak melihat ada luka di tubuh dan wajah korban. Selang beberapa saat kemudian, korban kesakitan dan tak sadarkan diri (koma). Guru Seni Rupa itu langsung dirujuk ke RSU Dr Soetomo Surabaya.
Berdasarkan keterangan dari para guru yang berada di RSU dr Soetomo, korban mengalami kritis dan didiagnosa oleh dokter mengalami MBA (Mati Batang Otak), dan semua organ sudah tidak berfungsi. “Sekitar pukul 21.40 WIB, informasi dari Kadisdik Sampang bahwa korban sudah meninggal dunia di RSU dr Soetomo,” tutur Barung. (detik.com)
Kasus yang menimpa almarhum Pak Guru Budi di atas tentu menyisakan luka mendalam dalam dunia pendidikan. Bagaimana mungkin seorang murid tega memukuli sang guru hingga mengakibatkan nyawanya melayang. Terlebih alasan pemukulan yang dilakukannya adalah hal sepele. Hanya karena sang guru memberikan teguran atas kesalahannya dengan tujuan mendidik, ia tega berlaku kurang ajar pada orang yang telah memberinya ilmu.
Kedudukan Adab dalam Islam
Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya mempelajari adab bagi para pemburu ilmu. Ulama salaf terdahulu sangat memperhatikan adab dalam belajar. Sampai-sampai mereka lebih mementingkan adab terlebih dahulu sebelum belajar ilmu. Imam Malik rahimahullah berkata,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.”
Abdullah bin Mubarak juga berkata, “Dahulu kami belajar adab 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Maa syaa Allah, dari perkataan para salafush shalih di atas kita dapat memahami urgensi mempelajari adab sebelum menuntut ilmu. Sebab, dengan memiliki adab kita akan lebih mudah dalam memahami ilmu dan ilmu pun menjadi berkah.
Bagi seorang penuntut ilmu, harus memperhatikan tiga adab. Ketiga adab tersebut adalah, adab kepada Allah ta’ala, adab terhadap guru, dan adab kepada diri sendiri. Di sini penulis hanya akan merinci terkait adab terhadap guru.
Adab Murid Kepada Guru yang Wajib Diamalkan
Pertama, murid harus menghormati gurunya
Hal ini dikarenakan guru merupakan orang yang paling berjasa dalam penyebaran ilmu, terlebih jika yang disebarkan adalah ilmu Islam. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, beliau bersabda, “Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama.” (HR. Ahmad)
Kedua, adab saat duduk di hadapan guru
Saat sedang belajar di hadapan guru, hendaknya memperhatikan adab-adab duduk yang baik, seperti tidak membentangkan kaki, tidak bersandar, duduk rapi, tenang, tawadhu, mata tertuju pada guru, tidak tertawa keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi, juga tidak membelakangi gurunya.
Ketiga, adab ketika berbicara dengan guru
Berbicara dengan guru yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Adab ini telah dicontohkan oleh Imam Abu Hanifah saat berbicara di hadapan gurunya, Imam Malik. Jika ia berada di depan Imam Malik layaknya seorang anak di hadapan ayahnya. Bahkan para shahabat pun tidak pernah meninggikan suara maupun memotong pembicaraan di hadapan Rasulullah SAW. Ini menunjukkan ketinggian adab yang harus dimiliki seorang murid terhadap gurunya.
Keempat, menyimak pelajaran yang disampaikan sang guru
Kasus mengabaikan penjelasan gurunya sering dilakukan oleh murid, padahal perbuatan tersebut jauh dari apa yang dipraktekan oleh para ulama. Mereka sangat memperhatikan adab dalam belajar dengan diam dan mendengarkan penjelasan gurunya. Bagaimana rasanya jika kita berbicara dengan seseorang tapi tidak didengarkan? Sungguh hati ini pasti merasa jengkel. Maka bagaimana perasaan seorang guru apabila melihat sang murid tidak mendengarkan penyampaiannya? Sungguh merugilah para murid yang membuat hati gurunya jengkel.
Kelima, mendoakan kebaikan untuk guru
Hal ini karena guru adalah orang yang telah menyampaikan kebaikan kepada kita. Maka sebagai bentuk balasan kepada mereka, hendaklah kita mendoakan agar Allah azza wa jalla memberikan balasan kebaikan yang melimpah atas ilmu yang telah mereka ajarkan. Orang-orang shalih dahulu pernah menyampaikan, “Tidaklah aku mengerjakan shalat kecuali aku pasti mendoakan kedua orangtuaku dan guru-guruku semuanya.”
Jika para murid mengutamakan mempelajari adab sebelum ilmu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, in syaa Allah tak akan ada lagi kasus murid yang menganiaya, mengkriminalisasi, maupun membunuh gurunya sendiri. Wallohua’lam bi ash shawwab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.Â