YERUSALEM – Menteri Pertanian Israel Uri Ariel, memimpin sekelompok Yahudi masuk ke halaman Al-Aqsa, dengan pengamanan ketat. Dia menjadi menteri pertama yang masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem timur, sejak Israel melarang pejabatnya dan anggota parlemen mengunjungi Al-Aqsa pada 2015 lalu.
Perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, baru-baru ini mencabut larangan kunjungan tersebut.
BACA JUGA: Al-Azhar: Tindakan Israel terhadap Palestina Tak bisa Diterima
Sesuai aturan, bagi anggota Knesset atau parlemen Israel harus mengajukan izin 24 jam sebelum mengunjungi Al-Aqsa. Dan dari laporan media setempat, Netanyahu telah mengizinkan anggota Knesset untuk mengunjungi kompleks Al-Aqsa tiap tiga bulan sekali.
Pada September 2000, kunjungan ke situs yang dipelopori politikus Israel Ariel Sharon, memicu apa yang kemudian dikenal sebagai “Intifada Kedua”. Ini merupakan gerakan rakyat Palestina yang melakukan perlawanan terhadap Israel.
Pada Oktober 2015, Netanyahu membuat larangan memasuki kompleks Al-Aqsa dalam upaya untuk menenangkan kekerasan yang pecah di Tepi Barat.
Ariel, yang merupakan anggota partai Yahudi sayap kanan itu menyerukan agar Al-Aqsa dibuka untuk orang Yahudi yang ingin berdoa.
Bagi umat Muslim, Al-Aqsa merupakan situs ketiga paling suci di dunia. Bagi Yahudi, daerah itu adalah Bukit Bait Suci dan mengklaimnya sebagai situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur, lokasi Al-Aqsa berada, selama Perang Timur Tengah 1967. Hal ini kemudian membuat Israel mencaplok seluruh kota pada 1980 secara sepihak dan memproklamirkan bahwa daerah tersebut, yakni Yerusalem Timur, sebagai ibu kota negara Yahudi. Di bawah Presiden Donald Trump, AS pun mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
BACA JUGA: Tiga Perempat Bagian Al Aqsha Dibangun Ottoman, Ini Sikap Turki
Pengakuan itu memicu aksi deminstrasi massa yang berbarengan dengan peringatan ‘great March of Return’ yang dimulai sejak 30 Maret 2018 lalu. []
SUMBER: ANADOULU