MENGENAI hal ini, Kami tidak mengetahui dasar apa pun, sehingga tidak dapat dikutip sebagai dalil yang menguatkan (hujjah).
Namun bisa saja setan mendatangi anak Adam ketika dia sedang sekarat, dan dia bisa muncul dalam wujud ini atau lainnya, untuk menyesatkannya.
Abu Dawud (1552) dan an-Nasa’i [5531] meriwayatkan dari Abu’l-Yasar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW biasa berdo’a:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَدْمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ ، وَالْحَرَقِ، وَالْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa reruntuhan dan aku berlindung kepada-Mu dari terjatuh dari tempat tinggi, aku berlindung kepada-Mu dari tenggelam, terbakar dan dari pikun, aku berlindungkepada-Mu agar jangan sampai setan menggelincirkanku ketika aku akan mati, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati di jalan-Mu dalam keadaan lari dari medan pertempuran, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena tersengat binatang.” Dan digolongkan sahih oleh al-Albani dalam Sahih Abi Daud.
BACA JUGA: Urutan Peristiwa pada Hari Kiamat (1)
Al-Khattabi rahimahullah berkata:
Berlindung kepada Allah dari pengaruh setan menjelang ajal: yaitu bahwa menjelang ajal kematian, setan akan menguasai dirinya dan menjerumuskannya kedalam kesesatan,setan akan menghalanginya untuk bertaubat, dan menghalanginya untuk memperbaiki keadaannya. dan meninggalkan kezaliman yang dilakukannya terhadap orang lain, atau membuatnya berputus asa dari rahmat Allah, atau membuatnya membenci kematian dan bersedih jika meninggalkan kehidupan dunia, sehingga ia tidak akan rela dan ikhlas dengan apa yang telah Allah Subhanahu wa ta’ala tetapkan baginya berupa kematian dan perjalanan ke akhirat, sehingga semua itu menyebabkan dia mendapat akhir yang buruk (su’ul khatimah) dan bertemu Allah dalam keadaan Dia murka padanya.
Dan diriwayatkan bahwa Setan tidak pernah memberikan godaan yang lebih besar pada anak Adam daripada pada saat menjelang ajal kematian, setan berkata kepada para pembantunya: Ini salahmu, jika kamu melewatkan hari ini, kamu tidak akan pernah menangkapnya.”( Ma’alim as-Sunan 1/296). Lihat juga: at-Tadhkirah (hlm. 185).
Shalih ibnu Al-Imam Ahmad mengatakan: pada saat ayahku sedang sekarat, aku duduk disampingnya, dan ditangaku ada selembar kain, untuk mengikat kedua rahangnya (setelah dia meninggal). Dia mulai berkeringat, dan sulit bernapas, namun dia membuka matanya sembari memberi isyarat dengan tangannya seperti ini, (untuk mengatakan): Belum, belum – sampai tiga kali. Aku berkata: Wahai ayahku, apa yang baru saja kamu ucapkan? Beliau bertanya: Wahai anakku, apakah kamu tidak mengetahui? Aku berkata tidak. Dia berkata: Iblis – semoga Allah melaknatnya – berdiri di sampingku, sambil menggigit ujung jarinya dan berkata: Wahai Ahmad, aku kehilanganmu (tak sanggup menyesatkanmu)! Dan aku berkata: Tidak, tidak sampai aku mati!” ( Tabaqat al-Hanabilah 1/175).
Aku mendengar syekh kami, Imam Abu’l-‘Abbas Ahmad ibn ‘Umar al-Qurtubi berkata, di pos perbatasan Alexandria: Aku bersama saudara syekh kami, Abu Ja’far Ahmad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Qurtubi di Cordoba, saat dia sekarat. Dikatakan kepadanya: Ucapkan La ilaha illa Allah, dan dia berkata: “Tidak, tidak,”
BACA JUGA: Ini Pengertian Hari Kiamat dan Dalilnya dalam Agama Islam
Ketika dia sadar, kami memberitahunya tentang hal itu, maka dia berkata: Dua setan datang kepadaku, satu di sebelah kanan dan satu lagi di sebelah kiriku. Salah satu dari mereka berkata: “Matilah sebagai seorang Yahudi, karena itu adalah agama yang terbaik.” Dan yang lain berkata: “Matilah sebagai seorang Kristen, karena itu adalah agama yang terbaik.” Dan saya berkata kepada mereka berdua: “Tidak, tidak.”, Saya yang menjawab ucapan mereka berdua (dua setan), bukan menjawab ucapan Anda.
Dan Aku mengatakan: “Hal-hal seperti itu sering terjadi pada orang-orang shalih, dan jawaban mereka adalah (ditujukan) kepada setan, bukan kepada orang-orang yang mendorongnya untuk mengucapkan syahadat (talqin).” (A t-Tadhkirah hal . 187).
Wallahu a’lam. []
SUMBER: ISLAMQA