ZUBAIR bin Awwam merupakan pembela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar gembira akan masuk jannah.
Sedangkan saudara kandungnya adalah Abdullah bin Zubair, seorang pahlawan Islam yang masih masuk dalam kategori sahabat Nabi dan masuk dalam kategori ulama. Kakaknya ini adalah bayi pertama yang lahir di bumi hijrah (Madinah).
Urwah tidak seberuntung kakaknya yang sempat melihat Nabi, karena selisih umurnya sekitar 20 tahun, sehingga beliau tidak berkesempatan bertemu dengan Nabi. Beliau harus rela menjadi tabi’in bukan sahabat.
Tapi bukan tabi’in biasa. Beliau termasuk salah satu dari tujuh fuqaha Madinah yang terkanal keilmuan, kezuhudan, dan ketakwaannya. Merekalah yang menjadi penasihat pribadi Umar bin Abdul Aziz tatkala menjabat sebagai gubernur Madinah.
BACA JUGA: Kisah Urwah bin Zubair yang Memilih Shalat saat Kakinya Diamputasi
Yang paling membanggakan, Allah menakdirkan ia lahir dari rahim seorang shahabiah ternama, Asma binti Abu Bakar Ash-Shiddiq – yang digelari Dzatun Nithaqain. Urwah kecil dibesarkan dalam nuansa yang sarat dengan nilai-nilai ketakwaan, keilmuan, dan akhlak yang mulia.
Asma’ adalah shahabiah yang terkenal keilmuan dan ketakwaannya. Pengorbanannya yang luar biasa dalam menyukseskan hijrah Rasulullah, dan wanita inilah yang akan kita bahas selanjutnya.
Bibinya ialah Ummul Mukminin Aisyah, wanita paling brilian dalam sejarah manusia. Kakeknya ialah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalifah Rasulullah dan sahabat karibnya di dunia dan akhirat.
Allah seakan ingin mengumpulkan berkah yang bertebaran tadi dalam diri Urwah. Ahmad bin Abdillah Al-Iiji mengatakan, “Urwah bin Zubair adalah lelaki shalih yang tak pernah terlibat dalam fitnah apa pun.”
BACA JUGA: Mengapa Rasulullah Menikahi Aisyah?
Qabishah bin Dzuaib menceritakan, “Dahulu aku dan Abu Bakar bin Abdurrahman bermajelis dengan Abu Hurairah, namun Urwah mengalahkan kita karena ia bermajelis dengan Aisyah, manusia paling alim.”
“Dia seperti lautan yang tak pernah mengering airnya.”
“Satu dari empat orang suku Quraisy yang kudapati ilmunya seluas samudera,” kata Imam Az-Zuhri tentang gurunya yang satu ini. []
Sumber: Ibunda Para Ulama/Penulis: Sufyan bin Fuad Baswedan/Penerbit: Wafa Press, 2006