Suatu hari ada beberapa ibu yang mengirim pesan kepada saya.
“Ibu, usia berapakah anak harus masuk sekolah?”
“Apakah wajib masuk TK sekecil mungkin?”
“Anak anak harus dimasukan ke PAUD dulu ya bu, agar siap ke SD?”.
Berjamurannya lembaga pendidikan anak usia dini seperti TK, RA, Kelompok Bermain (Kober) dan satuan PAUD sejenisnya karena peraturan pemerintah mewajibkan minimal satu desa satu PAUD bisa berdampak positif dan negatif.
Walaupun saya pemilik sekolah, mengelola dua sekolah sekaligus tapi saya tidak mewajibkan para orangtua memasukan anak-anaknya sekolah sejak dini ke lembaga lembaga TK, RA, Kober atau lainnya. Jika ibu berada di rumah sepanjang waktu, jika ibu memiliki semangat tinggi untuk belajar menjadi ibu terbaik, juga mendampingi dan membangun semua domain anak sesuai tahahapannya, sebaiknya urus anak sendiri di rumah.
Saya bahkan melarang keras para orangtua memasukan anaknya ke lembaga kursus calistung, membeli kartu-kartunya pun dilarang. Lembaga tersebut bukan mencerdaskan tapi membuat anak karbitan, pembodohan terstruktur.
Mengapa begitu? Fatal akibatnya jika orangtua memasukan anaknya sekolah sejak dini, berjumpa dengan sekolah atau guru yang salah, Alih-alih anaknya cerdas malah sebaliknya. Sekolah seharusnya membantu orangtua “membuat” sambungan satu sel otak dengan sel otak lainnya secara benar bukan sebaliknya malah menghancurkan sel otak anak.
Contohnya sebagai berikut. Karakteristik anak itu unik, peneliti, pelaku utama juga kominukator. Di sekolah yang menghancurkan sel otak akan menghancurkan karakteristik anak tersebut.
“Duduk, diam, tangan dilipat, mulut dikunci, kuncinya dibuang, yang jadi guru adalah ibu, kalian diam mendengarkan,” teriak gurunya. Jika ada anak bicara guru marah, jika anak bergerak guru marah, menghukum dan mencap sebagai anak nakal.
Maka saran saya, jangan masukan anak Anda ke sekolah demikian. Sayang, uang terbuang, waktu terbuang.
Tapi, jika Anda sibuk luar biasa, bapak dan ibu bekerja, kalau anak diasuh orangtua Anda durhaka, jikalau anak diurus pembantu hati tak menentu maka masukan anak Anda sekolah sedini mungkin.
Cari sekolah yang sistemnya sangat mendukung karakteristik anak tersebut diatas tetap terbangun. Cari sekolah yang sistemnya mendukung perkembangan anak dan keluarga, sehingga bukan hanya anak yang sekolah dan berubah, orangtua pun ikut belajar serta sama-sama berubah.
Sekali lagi, saya bukan tidak mendukung program pemerintah, namun saya berharap, ketika pemerintah membuat aturan hendaknya segala sesuatunya dipersiapkan dengan komprehensif dan matang, jangan sampai anak-anak usia dini yang seharusnya cemerlang, makin hari makin terkikis habis potensinya akibat pola asuh ketiga gurunya (orangtua, guru di sekolah dan lingkungan) yang salah. Akibat salah pemerintah membuat kebijakan.
Ingat wahai para pejabat pemerintah, para pemilik sekolah, para guru anak usia dini, sekali langkah kita salah saat mengurus anak-anak tak berdosa itu dampaknya akan kita tuai nanti. []