Ustaz, saya seorang istri yang telah menikah selama 3 tahun dan Alhamdulillah sudah dikaruniai anak. Suami saya seorang pelaut yang biasanya pulang antara 4 atau 5 bulan sekali dengan masa libur dua mingguan. Kondisi ini otomatis berpengaruh terhadap frekuensi hubungan intim kami. Adakah penjelasan baik dari Al-Quran ataupun hadits mengenai seberapa sering pasutri harus berhubungan intim atau masalah seputar hubungan suami istri ini? Mohon penjelasannya ustaz.
MENURUT Dr. H. Aam Amiruddin, sebagaimana dikutip dari Percikan Iman, dalam Islam tidak ada batasan baku mengenai berapa kali suami istri harus berhubungan seks atau intim. Soal ini secara tegas tidak dikupas baik dalam Al Qur’an maupun Hadits.
Ada kisah menarik dari masa Khalifah Umar bin Khattab mengenai betapa menderitanya seorang wanita yang terlalu lama tidak melakukan hubungan suami istri. Dalam sebuah inspeksi di suatu malam, Khalifah Umar bin Khattab mendengar seorang wanita tengah bersenandung,
“Malam Ini Terasa Panjang, tanpa teman tempat bercinta, Demi Allah, Kalau bukan karena Allah, yang tiada Tuhan selainNya, tentu tempat tidur ini telah menggempa. Namun karena rasa takut dan maluku kepada Allah, aku hormati suamiku, semoga dia berhasil mencapai maksudnya….”
Umar r.a. lalu mendatangi wanita itu dan menanyakan mengenai masalah yang dialaminya. Namun, wanita itu menutup-nutupinya. Ia tak mau berterus terang. Umar sempat mengetahui bahwa suaminya adalah pejuang, yang tengah bertugas di medan perang.
Kemudian Umar segera menemui putrinya, Hafsah r.a., dan menanyakan soal tersebut.
“Berapa lama seorang istri tahan bersabar kalau ditinggal suaminya?”
Hafsah malu dan tidak menjawab.
Umar berkata lagi, “Hai anakku, jawablah pertanyaanku ini, supaya ayahmu ini bisa lepas dari beban yang berat.”
Hafsah r.a. lalu menjawab, “Dua bulan. Kalau sudah tiga bulan dia akan merasa tersiksa, dan dia akan kehilangan keseimbangannya sesudah empat bulan.”
Atas hal tersebut, Umar mengumpulkan para sahabat, bermusyawarah, dan mengambil keputusan.
“Seorang pejuang (mujahid) tidak boleh meninggalkan istrinya lebih dari empat bulan.”
Berdasarkan penelitian maupun penjelasan di atas, menunjukkan bahwa hubungan intim adalah masalah yang penting. Ini bukan hanya masalah bagi kaum pria, tetapi juga masalah dan kebutuhan kaum wanita. Begitu pentingnya seks dalam suatu rumah tangga.
Setiap pasangan memiliki frekuensi yang berbeda-beda dalam melakukan hubungan intim. Jangan sampai pasangan yang libidonya rendah memaksakan diri untuk ikut-ikutan mereka yang libidonya tinggi; berupaya sekuat tenaga untuk berhubungan seks seperti dosis minum obat, apalagi dengan mengonsumsi berbagai macam suplemen penambah gairah.
Yang perlu diperhatikan adalah kualitas hubungan seks tersebut. Adalah percuma memaksakan hubungan seks dengan kuantitas yang banyak, namun tidak berkualitas, misalnya salah satu pasangan tidak merasakan kepuasan, atau bahkan merasa sakit.
Baik kualitas maupun kuantitas hubungan seks sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik dan psikis. Saat baru sembuh dari sakit, terlalu lelah bekerja, atau kekurangan gizi, dapat menyebabkan stamina dan vitalitas menurun sehingga minat terhadap seks (libido) menjadi rendah.
Otomatis, frekuensi seks pun menjadi berkurang. Begitu pula bila keadaan psikis sedang labil, misalnya sedang marah atau banyak masalah, frekuensi hubungan seks akan menurun.
Pada umumnya, frekuensi hubungan seks akan semakin menurun seiring bertambahnya usia. Menurunnya frekuensi tersebut hendaknya tidak menjadikan masing-masing pasangan menjadi cemas, karena memang merupakan suatu hal yang normal. Harus diingat, kasih sayang antara pasangan tidak selalu ditandai dengan hubungan intim.
Menurut hemat saya, permasalahan Anda sebaiknya dibicarakan serius dengan suami untuk mencari solusi. Hubungan suami istri (intim) memang bukan segalanya, namun tak bisa dipungkuri betapa banyak rumah tangga yang tidak atau kurang harmonis bahkan hingga terjadi perceraian hanya karena masalah hubungan intim ini.
Saran saya sebaiknya Anda dan suami bisa lebih sering bertemu dan tidak terlalu lama berpisah. Alangkah baiknya memilih pekerjaan yang tidak terlalu lama meninggal istri sehingga keharmonisan rumah tangga khususnya hubungan suami istri tidak tertanggu. Wallahu a’lam. []