UWAIS Al-Qarni seorang pemuda yang tinggal di pinggiran Negeri Yaman. Ia seorang yang terkenal fakir, dan hidupnya sangat miskin. Ia terkena penyakit kulit belang-belang di sekujur tubuhnya, sehingga orang-orang sering mengejeknya. Dalam kesehariannya, Uwais bekerja mencari nafkah sebagai penggembala domba di siang hari.
Uwais tinggal bersama Ibunya yang sudah tua, lumpuh dan sakit-sakitan. Ia sangat menyayangi dan selalu merawat Ibunya dengan penuh kesabaran.
Suatu hari Ibu Uwais berkata, “Anakku, Ibu ingin sekali menunaikan ibadah haji.”
Uwais terharu. Ia ingin sekali mengabulkannya. Namun, bagaimana caranya?
Jarak dari Yaman ke Makkah sangatlah jauh. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun, Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.
BACA JUGA: Teladan Uwais al-Qarni, Model Bakti Seorang Anak kepada Ibu
Uwais berniat menggendong sang Ibu untuk berhaji ke Makkah. Oleh karena itu tubuhnya harus kuat. Setiap hari ia berlatih menggendong lembu, hingga orang-orang mengiranya sudah tidak waras. Tibalah waktunya, Uwais menggendong Ibunya untuk berangkat haji dari Yaman ke Makkah. Ibu Uwais terharu dan bercucuran air mata. Akhirnya ia dapat melihat Ka’bah.
Di hadapan Ka’bah, Uwais berdoa, “Ya Allah, ampuni semua dosa Ibu.”
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya Ibunya heran.
“Dengan terampuninya dosa Ibu maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari Ibu yang akan membawaku ke surga,” jawab Uwais mantap.
Sepulang dari Ka’bah, Uwais seketika sembuh dari penyakit kulitnya. Hanya tertinggal satu bulatan putih di telapak tangannya.
Uwais sangat ingin bertemu dengan Rasulullah SAW di Madinah. Namun ia juga tidak bisa meninggalkan Ibunya dalam waktu yang lama. Ia meminta izin kepada Ibunya untuk menemui Rasulullah. Ia berjanji akan segera kembali jika sudah bertemu.
“Pergilah, Anakku! Temuilah Rasulullah SAW dan segeralah engkau kembali pulang,” ujar sang Ibu merestui.
Uwais bahagia sekali mendengarnya. Ia pun segera berangkat setelah menitipkan sang Ibu kepada tetangganya.
Namun sayang, begitu tiba di Madinah Uwais tidak bertemu Rasulullah SAW. Beliau sedang pergi berperang. Ia hanya bertemu dengan Aisyah ra.
Uwais sangat bersedih. Ia sebenarnya ingin menunggu Rasulullah SAW. Namun, ia juga tidak bisa berlama-lama meninggalkan Ibunya.
“Aku harus segera pulang, karena Ibuku menunggu di rumah. Sampaikan salamku untuk Rasulullah SAW, ya Ummul Mukminin,” ujar Uwais Kepada Aisyah ra.
Uwais pun pulang ke Yaman dengan hati yang sedih.
Beberapa hari kemudian, Rasulullah SAW pulang dari medan perang. Beliau bertanya apakah ada seseorang yang mencarinya.
“Benar, ya Rasulullah. Beberapa hari yang lalu seseorang dari Yaman datang mencarimu. Tapi, ia tidak dapat menunggu karena tidak ingin meninggalkan Ibunya terlalu lama,” jawab Aisyah.
“Kalau kalian ingin berjumpa dengannya, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di telapak tangannya,” ujar Rasulullah SAW kepada para sahabat suatu hari. Aisyah ra dan dua sahabat Rasulullah, Ali ra dan Umar ra, tertegun mendengarnya.
“Suatu ketika apabila kalian bertemu dengannya, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi,” Sabda Rasulullah SAW kepada Umar dan Ali.
BACA JUGA: Kisah Uwais Al-Qarni Pingsan Dekat Makam Rasulullah
Uwais tidak pernah bertemu Rasulullah hingga Rasulullah SAW wafat. Meski tidak pernah bertemu, Uwais sangat mencintai Rasulullah. Begitu juga Rasulullah SAW mencintai Uwais, dan beliau tahu betapa mulianya Uwais di sisi Allah SWT.
Berpuluh tahun kemudian, Uwais meninggal dunia. Para tetangga yang selama ini memandangnya sebelah mata, sangat kaget menyaksikan apa yang terjadi di hari pemakaman Uwais. Saat Uwais hendak dimandikan, tiba-tiba banyak orang tak dikenal saling berebut untuk memandikannya. Orang-orang tak dikenal itu berduyun-duyun datang, menshalatkan dan mengantarkan Uwais ke kuburannya.
Siapa orang-orang itu? Beberapa orang mengira mereka adalah jelmaan para malaikat, yang sengaja turun untuk menghadiri pemakaman Uwais.
Uwais begitu mulia di sisi Allah dan para malaikat penghuni langit. Sebab, ia sangat berbakti kepada Ibunya. Uwais sangat terkenal di langit meski tidak dikenal di bumi. [ ]
REDAKTUR: NUNUNG MUNAWAROH | EDITOR:SAAD SAEFULLAH