Oleh : Wida Aulia
Pemerhati Masalah Sosial
BULAN Februari khususnya tanggal 14 diperingati sebagai hari kasih sayang atau Valentine Day oleh sebagian kalangan terutama generasi muda yang sedang mengalami jatuh cinta. Bahkan jauh hari sebelum tanggal 14 mereka sudah sibuk mempersiapkan perayaannya.
Sayangnya, cinta yang diagung-agungkan tersebut bukanlah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya atau kepada orang tua. Namun cinta di sini adalah cinta kepada pasangan yang belum menikah alias pacar. Generasi muda yang tidak sadar membuat mereka lebih bangga dan merasa lebih bergengsi ketika mereka menirukan dan mengikuti budaya asing, latah.
BACA JUGA: Ini Fatwa Ulama soal Perayaan Valentine Day
Mirisnya, generasi latah ini mayoritas adalah remaja Muslim. Namun mereka tidak peduli bahwa budaya Valentine Day yang mereka ikuti bertentangan dengan nilai moral bangsa Indonesia dan juga nilai agama Islam. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW, “Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut,“ (HR. Abu Daud).
Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh kaum kapitalis untuk mengeruk banyak keuntungan materi. Dengan dalih atas nama cinta melalui peringatan Valentine Day, mereka menyerukan gaya hidup hedonis yang hanya memburu kesenangan dan kenikmatan dunia sebagai tujuan dari setiap perbuatannya.
Cinta disejajarkan dengan sebatang coklat, setangkai bunga dan selembar kartu ucapan yang dijual di swalayan dan supermarket. Siapa lagi yang diuntungkan kalau bukan pengusaha? Jelas ini juga ada motif ekonomi.
Tak berhenti disitu, kaum kapitalis sekuler liberal juga menyerukan bahwa peringatan Valentine Day adalah hari pembuktian cinta kepada pasangan.
Melalui coklat, bunga dan kartu ucapan kemudian rayuan gombal dari para pria yang meminta pembuktian cinta dari kekasihnya agar mau memberikan kehormatannya. Herannya para gadis remaja itu pun tak ragu lagi untuk memberikan mahkota kehormatannya. Tak ayal, peringatan Valentine Day selalu identik dengan seks bebas oleh remaja yang sedang mabuk kepayang oleh cinta.
Bahkan para remaja ini sudah lihai dalam melakukan hubungan seks dengan cara memakai kondom. Seperti dikatakan oleh Aktivis dan Pegiat HIV dari Yayasan KAKI Denies Talu, “Terkait ABG atau berondong beli kondom di hari Valentine sepertinya biasa saja. Karena banyak dari mereka justru sudah pintar. Dan memanfaatkan momen kasih sayang dengan cara yang salah seperti pesta seks,” katanya kepada JawaPos.com, Rabu (14/2/2018).
Akhirnya, akidah para pemuda telah tergadai dengan tradisi dan budaya yang tidak berasal dari Islam. Padahal remaja adalah pemuda harapan dan tumpuan umat, jika pemuda rusak maka rusak umat dan hancurlah negara.
Tanpa kita sadari bahwa kaum kafir, munafik dan musyrik yang ingin menjatuhkan Islam dan tidak ingin umat Islam bangkit telah melakukan berbagai macam cara untuk merusak generasi melalui propaganda hidup hedonis dan kebebasan yang mereka gembar-gemborkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka,“ (QS. Al Baqarah:120).
Hal ini sangat jelas bahwa tujuan mereka adalah untuk menghadang kebangkitan Islam yang akan mengancam posisi mereka di negeri-negeri muslim yang mereka kuasai. Maka umat harus mewaspadai akan ancaman di balik Valentine Day yang sudah rutin diperingati setiap tahun di negeri ini.
BACA JUGA: V-Day, Bagiamana Riwayatnya?
Sehingga tugas umat saat ini adalah berjuang untuk memahamkan umat dan pemuda agar kembali menerapkan Islam secara kaffah sebagai satu-satunya aturan sehingga aturan kapitalis yang telah nyata merusak dan menjauhkan umat dari Islam harus dicampakkan.
Karena hanya dengan Islam maka akidah umat akan terjaga dari serangan budaya asing. Dengan Syariat umat akan paham akan hakikat cinta yang sesungguhnya adalah cinta kepada Allah dan Rasul Nya. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.