YOGYAKARTA—Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X menegaskan, pemotongan nisan salib di salah satu makam oleh warga Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, dilakukan melalui kesepakatan.
Kesepakatan tersebut baik melalui keluarga mendiang, maupun warga setempat. Itu bukan merupakan intoleransi.
“Tidak ada (intoleransi),” kata Sultan di Gor Among Raga, Yogyakarta, Rabu (19/12).
Sri Sultan mengungkapkan, tidak ada masalah soal pemotongan nisan salib tersebut. Baik dari warga maupun dari keluarga mendiang.
“Bukan masalah pemotongan, itu masyarakat Muslim, mereka yang ada di situ, itu ada agama yang berbeda. Dari pada (dimakamkan) ke Mrican, mereka sepakat untuk dimakamkan di situ (Purbayan). Terus ada kesepakatan (memotong nisan salib), kan itu saja,” kata Sultan.
Munculnya anggapan intoleransi terkait pemotongan nisan salib itu, lanjut Sri Sultan, dikarenakan karena sudah viral. Padahal, apa yang beredar di media sosial tidak sesuai dengan apa yang terjadi.
“Ini konsekuensi dari diviralkan itu. Jadi tidak ada masalah,” kata Sultan.
Seperti diketahui, nisan salib di makam seorang warga bernama Albertus Slamet Sugihardi, dipotong oleh warga RT 53 RW 13, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta.
Nisan yang dipotong oleh warga tersebut yaitu di bagian atasnya. Foto dari nisan salib yang dipotong itu pun kemudian viral di media sosial. []
SUMBER: REPUBLIKA