VIRUS corona telah terkonfirmasi di 172 negara dan menjadi wabah. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, pada akhir tahun 2019, telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hingga saat ini ribuan nyawa telah menjadi korban COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona ini. Penyebarannya yang mudah dan sangat cepat membuat masyarakat dunia fokus memaksimalkan uapaya pencegahannya.
Sebenarnya, seperti apa virus corona jenis baru ini?
Disebutkan, virus corona baru berjuluk SARS-CoV-2 jadi penyebab penyakit Covid-19, penyakit yang bukanlah flu. Virus ini menyebabkan penyakit dengan gejala yang berbeda, menyebar, membunuh lebih mudah, dan milik keluarga virus yang sama sekali berbeda.
Keluarga SARS-CoV-2 ini merupakan jenis ketujuh bersama dengan enam jenis virus corona lainnya yang menginfeksi manusia. Empat di antaranya yaitu OC43, HKU1, NL63, dan 229E, yang telah lebih dari seabad menyebabkan sepertiga dari pilek biasa. Dua lainnya, yaitu MERS dan SARS, menyebabkan penyakit yang jauh lebih parah.
BACA JUGA:Â Peneliti: Golongan Darah A Lebih Berisiko Terpapar Virus Corona
Melansir dari The Atlantic, sebuah studi mengungkapkan bahwa pada dasarnya virus corona pada individu mudah dihancurkan. Setiap partikel virus terdiri dari satu set gen kecil, dikelilingi oleh bola molekul lemak. Sementara, cangkang lipid mudah terkoyak oleh sabun, maka pencucian tangan selama 20 detik yang menyeluruh dapat menghilangkan vriusnya. Selain itu, cangkang lipid juga rentan terhadap unsur-unsur tertentu.
Sebuah studi baru juga menunjukkan, virus corona jenis baru yang disebut dengan nama SARS-CoV-2 membutuhkan inang untuk hidup. Namun, dia bisa bertahan kurang dari satu hari di atas kertas karton dan sekitar dua hingga tiga hari pada baja dan plastik.
Mengapa corona virus ketujuh ini menjadi pandemi?
Struktur SARS-CoV-2 memberikan beberapa petunjuk tentang cara virus tersebut dapat menginfeksi manusia. Pada dasarnya, bentuknya adalah bola runcing.
Virus ini dapat dikenali dari paku yang menempel pada protein yang disebut ACE2, yang ditemukan di permukaan sel. Inilah langkah awal menuju infeksi. Kontur yang tepat dari bentuk SARS-CoV-2 memungkinkannya untuk menempel jauh lebih kuat ke ACE2 daripada yang dilakukan corona virus yang menyebabkan SARS.
“Kemungkinan ini sangat penting untuk penularan dari orang ke orang,” ujar Angela Rasmussen dari Columbia University.
Secara umum, semakin kuat ikatan, maka semakin sedikit virus yang diperlukan untuk memulai infeksi.
Selain itu, terdapat fitur penting lainnya, yaitu paku virus corona. Paku ini terdiri dari dua bagian yang terhubung dan akan aktif saat bagian tersebut dipisahkan, di mana dengan demikian virus dapat memasuki sel inang.
Dalam virus corona pada SARS, pemisahan ini terjadi dengan beberapa kesulitan. Namun, dalam SARS-CoV-2, jembatan yang menghubungkan kedua bagian dapat dengan mudah dipotong oleh enzim yang disebut furin, yang dibuat oleh sel manusia dan ditemukan di banyak jaringan.
“Ini mungkin penting untuk beberapa hal yang benar-benar tidak biasa yang kita lihat dalam virus ini,” kata Kristian Andersen dari Scripps Research Translational Institute.
Sebagai contoh, sebagian besar virus pernapasan cenderung menginfeksi saluran udara bagian atas atau bawah. Secara umum, infeksi saluran pernapasan atas lebih mudah menyebar, namun cenderung lebih ringan. Sementara infeksi saluran pernapasan bawah lebih sulit ditularkan, namun lebih parah.
Virus SARS-CoV-2 nampaknya menginfeksi saluran udara bagian atas dan bawah, kemungkinan karena dapat mengeksploitasi furin di mana-mana. Hal itu bisa menjelaskan mengapa virus dapat menyebar di antara orang-orang sebelum gejala muncul, suatu sifat yang membuat virus sangat sulit untuk dikendalikan.
Kemungkinan virus tersebut ditransmisikan secara terbatas pada saluran udara bagian atas, sebelum masuk lebih dalam dan menyebabkan gejala parah. Namun sepenuhnya hal tersebut merupakan hipotesis dan sebagian besar masih menjadi misteri.
Dari mana asalnya?
Virus corona baru ini nampaknya efektif menginfeksi manusia meskipun berasal dari hewan. Kerabat terdekat SARS-CoV-2 ditemukan pada kelelawar, kemudian menginfeksi ke manusia baik secara langung atau melalui spesies lain.
Virus corona yang ditemukan pada trenggiling liar juga menyerupai SARS-CoV-2, namun hanya di bagian kecil lonjakan yang mengenali ACE2. Sehingga kedua virus tersebut berbeda dan trenggiling tidak mungkin menjadi reservoir asli dari virus corona baru ini.
Saat SARS pertama kali melakukan lompatan, periode mutasi singkat diperlukan untuk mengenali ACE2 dengan baik. Namun, SARS-CoV-2 dapat melakukannya sejak hari pertama.
“Itu sudah menemukan cara terbaik untuk menjadi virus pada manusia,” ujar Matthew Frieman dari Fakultas Kedokteran Universitas Maryland.
Sejak awal pandemi, virus tersebut tidak berubah untuk sejumlah hal yang signifikan. Virus corona bermutasi dengan cara yang dilakukan semua virus. Dari lebih dari 100 mutasi yang telah didokumentasikan, tak ada perubahan yang dominan.
“Virus ini sangat stabil mengingat berapa banyak penularan yang telah kita lihat,” tutur Lisa Gralinski dari University of North Carolina.
“Ini masuk akal, karena tidak ada tekanan evolusi pada virus untuk mentransmisikan lebih baik. Mereka melakukan pekerjaan yang bagus untuk menyebar ke seluruh dunia saat ini,” lanjut dia.
Meski demikilan, ada satu kemungkinan pengecualian, yaitu beberapa virus SARS-CoV-2 yang diisolasi dari pasien Covid-19 Singapura kehilangan gen yang juga hilang dari virus SARS selama tahap akhir epidemi.
Perubahan ini dianggap membuat virus asli kurang ganas, namun masih terlalu dini untuk mengetahui apakah hal yang sama berlaku untuk virus corona baru ini.
Susan Weiss dari University of Pennsylvania, telah mempelajari virus corna selama sekitar 40 tahun. Ia mengatakan, sebelumnya, hanya sedikit ilmuwan yang berminat untuk mempelajari virus corona. Tetapi, setelah epidemi SARS pada 2002 lalu, jumlah ilmuwan yang tertarik mempelajari virus tersebut membengkak.
“Sampai saat itu orang memandang kami sebagai bidang terbelakang dan tidak terlalu penting bagi kesehatan manusia,” kata Weiss.
Tapi, munculnya SARS-CoV-2 dan penyakit Covid-19, membuat ilmuwan tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dengan mengabaikan virus corona. []
SUMBER: KOMPAS