JAKARTA–Beberapa pasien di berbagai negara kembali mendapatkan hasil positif dalam pemeriksaan virus Corona COVID-19 setelah dinyatakan sembuh. Para ahli menduga bahwa virus yang tersisa di dalam tubuh pasien mengalami reaktivasi.
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio mengatakan, reaktivasi virus Corona memang bisa saja terjadi, namun cukup sulit bila harus dinyatakan dalam hitungan peluang kemungkinannya.
BACA JUGA: Kangen Keluarga di Thailand saat Lockdown Corona, Pria Ini Nekat Berenang dari Malaysia
“Sulit dinyatakan persentasenya, karena tes apa pun termasuk tes PCR (Polymerase Chain Reaction) itu ada batas deteksinya,” kata Prof Amin, Rabu (15/4/2020).
“Misalnya dia bisa mendeteksi sepuluh virus per mililiter nah kalau virusnya ada di bawah itu dan sedikit sekali itu bisa tidak terdeteksi, tapi bukan berarti hilang sama sekali,” lanjutnya.
BACA JUGA: Corona di RI Capai 5.136 Kasus per 15 April, 469 Meninggal dan 446 Sembuh
Jadi menurutnya untuk menentukan kemungkinan besar reaktivasi bisa terjadi itu cukup sulit. Karena ini bisa terjadi bila sistem kekebalan tubuh pada pasien tidak bekerja dengan baik.
“Kalau lingkungan (imunitas) memungkinkan membuat virus yang sedikit itu menjadi berkembang, bisa terjadi reaktivasi. Jadi tergantung keseimbangan antara si virus dengan sistem kekebalan tubuh si orangnya,” tuturnya. []
SUMBER: DETIK