Oleh: Ustaz Felix Y Siauw
YANG bisa kita lihat dengan mata kita, itu namanya kenyataan, dan itu biasa, semua orang melakukannya. Namun bila kita bisa melihat masa depan, itu istimewa, namanya visi.
Meyakini sesuatu yang bisa dilihat, itu biasa, semua juga bisa. Meyakini yang tidak terlihat dengan mata, ini hanya sedikit yang mampu, ini keyakinan orang yang punya visi.
Kenyataan kadang membuat orang putus asa lalu mengakhiri hidupnya. Sebaliknya, visi membuat orang bangkit lagi saat jatuh, memberi mereka alasan untuk hidup.
Namun hanya punya visi tanpa menyusun langkah untuk meraih visi itu, namanya hanya angan-angan. Langkah dan kerangka dalam mencapai visi, itu namanya misi.
Tiap hari, mereka yang tak punya visi berpikir bagaimana bisa makan dan tidur dengan nyaman, padahal yang tak berpikir seperti kucing pun makan dan tidur juga.
Tapi mereka yang punya visi dalam tidurnya dan makannya saja berpikir bagaimana agar visinya bisa terwujud lebih cepat, lebih mudah, lebih efisien, menjadi lebih dari hari kemarin.
Lihatlah bagaimana Islam menuntun kita pada visi itu. “Yakni mereka yang beriman pada yang ghaib”, yang tidak terlihat oleh mata, yakni Allah dan seluruh ridha-Nya.
Islam memberikan kita visi terbaik, yakni ridha Allah dan segala bonusnya. Maka setiap Muslim adalah istimewa, bila ia benar-benar memahami agamanya, bukan orang biasa.
Maka di dunia ini, taat pada Allah dengan seluruh variannya adalah misi yang harus dicapai, bukan dengan ketaatan yang biasa, tapi ketaatan yang semaksimalnya.
Maka jalan dakwah itu utama, yang lain boleh menyesuaikan. Dunia boleh berputar, porosnya dakwah. Yang lain boleh berganti, tapi dakwah itu ketetapan hati.
Setelah punya visi, istiqamahlah dan bersabarlah. “Katakan, aku telah beriman pada Allah, lalu beristiqamahlah”, begitu pesan Rasulullah pada semua yang punya visi. []