Oleh: Nurina P. Sari.
Aktivis Komunitas Ibu Peduli Generasi dan Pengasuh MT Al-Husna Rangkapan Jaya Kota Depok Jawa Barat
nurinaps@protonmail.com
ADAKAH manusia yang bahagia jika tertular wabah? Rasanya tidak. Tentu ini manusiawi. Karena inilah Rasulullah membawa kabar penyenang hati bagi mukmin yang diuji dengan sakit akibat wabah. Karena menghadapi wabah tentu saja tidak mudah. Seburuk apapun kondisi saat ini, seorang mukmin akan tetap berbesar hati. Sebab dia memiliki pegangan kepada Allah Rabbul Izzati.
“Ath-Tha’un itu adalah adzab yang Allah turunkan pada siapa saja yang Allah kehendaki. Namun Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman.” (HR Bukhari no 6619)
Menurut pakar bahasa arab dan ulama fikih, Ath-Tha’un adalah wabah yang menyebar sangat luas dan menimbulkan kematian. Mayoritas ulama di semua negeri muslimin saat ini sepakat bahwasanya virus corona covid 19 masuk dalam kategori Ath-Tha’un.
Sampai di titik ini,kita merasa beruntung menjadi seorang mukmin. Seperti yang Rasulullah sabdakan dengan indah, bahwa betapa menakjubkannya menjadi seorang mukmin. Semua urusannya menjadi kebaikan baginya. Baik itu kegembiraan maupun kesusahan. Baik kesenangan maupun kesakitan.
Terkait wabah corona covid-19,boleh saja dunia berduka menyebutnya sebagai musibah. Namun dalam kacamata orang yang beriman, dalam wabah terkandung hikmah yanh bisa menjadi kebaikan bagi siapapun yang mampu menangkap hikmah tersebut.
Menurut Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitab Badzlul Ma’un fi Fadhlil Tha’un (378) beliau menyebutkan setidaknya ada empat hikmah dari wabah.
《 من فوائد الوباء والطواعين : تقصير الأمل ، وتحسين العمل ، واليقظة من الغفلة ، والتزود للرحلة 》.
Diantara hikmah adanya wabah antara lain:
1. Agar manusia tidak panjang angan-angan.
Sebelum wabah terjadi, pikiran manusia disibukkan untuk merancang masa depan yang terlalu jauh seakan-akan ia hidup lama. Padahal panjang usia tidak Allah janjikan kepada siapapun. Orang yang panjang angan-angan,setiap detik, menit, dan hari-harinya hanya berputar sekitar urusan duniawi saja. Tanpa diiringi bagaimana merancang kehidupan dunia untuk akhiratnya dengan berpedoman pada perintah-Nya. Ketika terjadi wabah,setidaknya mengingatkan manusia agar berfokus untuk merancang urusan akhirat dan tidak lagi terlalaikan dengan urusan duniawi semata.
2. Memberi kesempatan untuk memperbaiki amal.
Boleh jadi amalan kita banyak,namun belum tentu semuanya diterima. Maka,menyebarnya wabah ini bisa menjadi momentum yang tepat untuk memperbaiki amal kita. Dengan senantiasa meniatkan amal ikhlash karena Allah dan menjalankan sesuai dengan syariatNya.
3. Menyadarkan diri dari kelalaian.
Adanya wabah membuat kita jadi bermuhasabah. Bahwa begitu banyak waktu tersita untuk urusan yang terbuang percuma. Seseorang tak akan menyadari mimpinya kecuali setelah ia bangun dari tidurnya. Begitupun dengan orang yang lalai terhadap nasib akhiratnya. Ia baru sadar telah melewatkan banyak kesempatan beramal setelah peringatan kematian ada di didekatnya.
4. Mempersiapkan bekal untuk menghadapi panjangnya perjalanan (menuju akhirat).
Masa depan itu bukan 20 atau 30 tahun yang akan datang, tapi akhirat, kehidupan yang kekal. Maka persiapkanlah bekal terbaik untuknya. Jangan sampai kita membawa bekal yang sia-sia padahal perjalanan kita begitu berat menuju akhirat.
Itulah empat hikmah yang mampu di petik dari merebaknya wabah saat ini. Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang bisa menangkap hikmah dari setiap kejadian yang sudah ditetapkan oleh-Nya. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word