DIRIWAYATKAN dari Al-Musayyab bin Hazn RA, “Pada saat-saat terakhir kematian Abu Thalib, Rasulullah ﷺ pergi mengunjunginya dan menemukan Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al Mughirah, di sampingnya.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Wahai paman, katakanlah, “Laa Ilaaha Illallaah, kalimat yang akan membuatku bersaksi untuk anda di hadapan Allah.”
Baca Juga: 10 Mukjizat Ini Allah Karuniakan kepada Nabi Muhammad
Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata, “Wahai Abu Thalib! Apakah engkau akan mencela agama Abdul Muthalib?”
Rasulullah ﷺ berulang kali mengucapkannya sementara mereka (Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah) terus menerus mengulang pernyataan mereka hingga Abu Thalib mengucapkan pernyataan terakhirnya bahwa ia masih memegang agama Abdul Muthalib dan menolak mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah.
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku akan memohonkan ampunan Allah untuk Anda selama aku tidak dilarang melakukannya.”
Maka Allah menurunkan ayat yang berkaitan dengannya. Ayat yang dimaksud. “Tiadalah pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman bahwa mereka memintakan ampunan bagi orang yang musyrik sekalipun mereka kaum kerabat, setelah nyata kepadanya bahwa mereka adalah penghuni neraka (QS At Taubah [9]: 113).
Abu Thalib
Abū Ṭhalib ibn ‘Abdul Muṭṭalib (bahasa Arab: ابو طالب بن عبد المطلب; lahir di Mekkah, Arabia, ca. 539 – meninggal di Mekkah, ca. 619) adalah ayah dari Ali bin Abi Thalib serta paman dari Nabi Muhammad. Nama aslinya adalah Abdul Manaf (عبد اﻠمناف), tetapi ia lebih dikenal dengan julukan Abu Thalib, yang artinya bapaknya Thalib.
Baca Juga: Khutbah Terakhir Rasulullah
Sebagai pemimpin Bani Hasyim setelah kematian ayahnya, Abdul-Muththalib, ia menjadi pengasuh Nabi Muhammad ﷺ dan kemudian pendukung utama dalam berdakwah. Ia menikah dengan Fatimah binti Asad dan memiliki 6 orang anak. []