“Hai, Abu Jahal! Mengapa engkau melukai Rasulullah? Jika kau berani, ulangilah kata-kata hinaanmu untuknya di depanku!” kata Hamzah sembari menarik busurnya siap meluncurkan anak panah. Abu Jahal gemetar. Beberapa orang yang hendak menolongnya, ia larang karena ia takut Hamzah akan nekad melukainya. Hamzah adalah seorang pejuang yang tangguh. la pahlawan Islam yang bertempur tanpa rasa gentar. Karena itu, Rasulullah menjulukinya “Asadullah” atau Singa Allah.
Nama aslinya adalah Hamzah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. la adalah putra Abdul Muththalib, sekaligus paman Rasulullah Hamzah terkenal piawai menunggang kuda, ahli pedang, dan ahli bela diri yang terkenal di seantero Makkah. Hamzah memeluk Islam pada tahun kedua kenabian.
BACA JUGA:Â Penghantar Keislaman Hamzah
Hindun binti ‘Utbah seorang perempuan kafir yang menyimpan dendam kepada Hamzah, lantaran suaminya terbunuh dalam Perang Badar. Hindun yang kejam mendatangi seorang budak bernama Wahsyi bin Harb. “Wahai Wahsyi, maukah engkau terbebas dari perbudakan?”
“Bagaimana caranya? Tidak ada yang menebusku,” jawab Wahsyi.
“Jika kau sanggup membunuh Hamzah, aku akan menebusmu.”
“Baiklah, aku terima tawaranmu,” jawab Wahsyi tanpa pikir panjang.
Perang Uhud berkecamuk. Hamzah bertempur dengan gagah berani dan penuh bara iman dalam dada. Dua pedangnya berkali-kali menebas musuh. Ia berteriak nyaring untuk mengobarkan semangat kaum Muslimin, “Akulah singa Allah!”
Wahsyi terus-menerus mengawasi Hamzah. Singa Allah itu berjuang mati-matian menumpas musuh. Namun, makin lama pasukan Muslimin kocar-kacir setelah digempur pasukan kafir yang menyerang lagi saat pasukan Muslimin merasa telah menang.
BACA JUGA:Â Dendam Membara Hindun binti Utbah
Kaum Muslimin diserang dalam keadaan lengah. Hamzah terus menerjang musuh saat melihat kaum Muslimin makin terdesak. Ia tak menyadari dirinya menjadi incaran Wahsyi. Hingga ketika, Hamzah terjatuh dan baju besinya terbuka. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Wahsyi. Ia melemparkan tombaknya hingga mengenai pinggang bawah Hamzah. Hamzah pun roboh sebagai syahid. Setelah yakin Hamzah telah gugur, Wahsyi memberitahukannya kepada Hindun.
Selanjutnya, kaum Muslimin yang masih hidup menyalatkan semua yang syahid. Jenazah Hamzah dishalatkan terlebih dahulu, lalu diletakkan di sebelahnya jenazah yang lain. Usai dishalatkan, jenazah itu dikuburkan, lalu diletakkan jenazah berikutnya untuk dishalatkan. Sedangkan jenazah Hamzah dibiarkan tanpa di pindahkan. Rasulullah dan kaum Muslimin menyalatkan para syuhada satu per satu, hingga jika dihitung, jenazah Hamzah dishalatkan sebanyak 70 kali. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/Penerbit: Al-Qudwah/ Februari, 2015