SATU ketika Abu Bakar RA mendengar Bilal bin Rabbah disiksa sangat berat. Badan telanjangnya ditindih batu besar, di atas pasir saat matahari yang ganas tengah membakar bumi Mekkah.
Ditingkahi geletar cambuk yang berkal-kali menjilati tubuhnya, Bilal tetap saja berseru “ahad, ahad, ahad” terus berulang-ulang.
BACA JUGA: Siapa yang Mengurusmu, Wahai Ibu?
Abu Bakar segera menuju lokasi penyiksaan. Dia ingin membeli Bilal yang saat itu berstatus sebagai budak. Buat Umaiyah bin Khalaf, sang majikan, niat Abu Bakar adalah jalan keluar yang amat ditunggu-tunggu.
Dia sendiri sudah kehabisan akal dan cara untuk mengembalikan Bilal pada kekafiran agama nenek moyang mereka.
Pada saat yang sama, dia tidak mungkin menyerah, karena hal itu akan membuatnya dipermalukan para pembesar Mekah yang lain.
Tawaran Abu Bakar bagai pucuk dicinta ulam pun tiba. Maka dia menyodorkan harga 9 uqiyah emas untuk penebusan Bilal. Sungguh, ini adalah jumlah yang amat besar untuk harga seorang budak di masa itu. Namun tanpa dia duga, segera Abu Bakar RA langsung menebusnya.
Asal tahu saja, 1 uqiyah emas setara dengan 31,7475 gr emas. Dengan demikian, 9 uqiyah emas adalah sekitar 285,73 gr.
Sekarang, harga emas berkisar Rp500.000/gram. Maka, jumlah yang dibayar Abu Bakar untuk membebaskan Bilal adalah 285,73 x Rp500.000 = Rp142.865.000.
Buat Umaiyah, jumlah ini sangat besar, suatu jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia pun berpikir alangkah bodohnya Abu Bakar mau saja membayar budak semahal itu.
BACA JUGA: Bilal, Sang Muadzin Pertama
“Abu Bakar, tahukah engkau, bahwa engkau membayar terlalu mahal untuk seorang budak seperti Bilal,” ujarnya penuh nada ejekan.
“Umaiyah, tahukah engkau, jika engkau meminta harga 10 kali lipat dari sekarang, niscaya aku akan membayarnya juga,” timpal Abu Bakar dengan yakin. []