oleh: Ari Ginanjar Agustian
(Pemimpin ESQ Leadership Centre)
DUA tahun lalu, saya terjatuh di kamar mandi sebuah hoteL Ketika itu saya baru saja selesai ceramah tentang tauhid di kota Bandung, Jawa Barat.
Tubuh sebesar ini jatuh. Dan, ketika tubuh saya jatuh, tangan tidak sempat menopang. Kepala langsung membentur tembok keramik yang keras dan tajam. Benturannya sangat luar biasa.
Saat itu saya berpikir bahwa saya sudah selesai (habis, meninggal). Tugas ESQ saya sudah selesai. Otak saya sudah hancur. Saat itu, saya ingin menggeletakkan tubuh saya dan biarlah nanti orang menemukan saya. Tapi setelah saya sadar kondisi saya belum berpakaian, dan masih ada sisa energi dalam diri saya. Saya tutupi tubuh saya dengan pakaian yang layak, kemudian saya mencoba untuk berdiri meskipun dalam kondisi limbung.
BACA JUGA: Yuk Belajar Ikhlas
Rupanya suara benturan di kamar mandi terdengar istri dan staf saya di kamar. Melihat luka yang sangat dalam dan darah yang mengucur, istri saya sangat terkejut dan takut. Akhirnya saya minta sopir mengantar ke rumah sakit.
Saat itu persis malam tahun baru. Lalu lintas macet sekali. Yang namanya rasa sakit dan darah itu bersamaan. Tapi, di situlah saya menemukan makna Tauhid. Di situlah saya tahu bahwa ternyata tubuh kita pun bukan milik kita. Darah juga bukan milik kita. Di situlah saya sadar bahwa kita ini tidak memiliki apa-apa.
Nah, di situ, ketika sakit itu datang, ketika darah itu mengalir, saya mengatakan, ‘Wahai darah, wahai sakit, kalau engkau ungin datang, datnglah berzikir bersamaku, tapi tolong satu hal saja yang aku minta, aku tidak punya apa-apa (saya anggap otak saya sudah hancur saat itu), tapi aku punya satu hal, yakni cinta kepada Allah.
BACA JUGA: Resep Jitu Meringankan Hidup; Ikhlas
Saat itu saya merasa ikhlas. Keikhlasan 100 persen. Bahwa dunia ini bukan milik kita. Kita harus ikhlas kalau Allah mau mengambilnya kapan saja. Itulah arti ESQ (Emotional Spiritual Quotient, atau Kecerdason Emosional dan Spiritual). []
Dikutip dari: Inspiring stories, 30 kisah para tokoh beken yang menggugah/Penulis: Ahmadun Yosi Herfanda, Irwan Kelana/Penulis: Tiga Serangkai/Tahun: 2008