DI ANTARA nasihat para ulama sebagaimana disebutkan dalam kitab at-Tadzkirah adalah sebagai berikut:
Wahai orang yang tertipu, renungkanlah kematian beserta sekarat, kesulitan dan kepahitannya. Sesungguhnya maut adalah janji yang paling jujur, dan hakim yang paling adil. Cukuplah maut menakutkan hati, membuat mata menangis, memisahkan kelompok-kelompok, menghancurkan kelezatan dan kenikmata hidup, serta memutuskan angan-angan dan harapan.
Apakah kau merenungkan, hai anak Adam, hari kejatuhanmu dan perpindahanmu dari tempat tinggalmu, saat kau pindah dari keluasan menuju kesempitan, saa temanmu mengkhianatimu, saat saudaramu meninggalkanmu, saat kau dipindahkan dari tempat tidur dan selimutmu ke dalam belahan bumi, lalu menutupimu dengan tanah?
BACA JUGA: Maut Adalah Nasihat yang Paling Besar
Hai penumpuk harta dan penghimpun gedung, demi Allah, kau tak memiliki harta lagi kecuali kafan yang menempel di badan. Bahkan, kafan itu pun akan hancur dan binasa, dan jasadmu akan jadi makanan tanah.
Imam Qurthubi menukil dari Yazid ar-Ruqasyi bahwa ia berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka dirimu, hai Yazid! Siapa yang shalat untukmu setelah kau mati? Siapa yang puasa untukmu setelah kau mati? Siapa yang dapat membuat Tuhamu ridha kepadamu setelah kau mati?”
Kemudia ia berkata, “Hai manusia apakah kalian tak mengisi diri kalian sepanjang sisa hidup kalian? Siapakah yang kubur adalah penuntutnya, kubur adalah rumahnya, tanah adalah tempat tidurnya, cacing adalah temannya, dan bersama itu semua ia menanti kiamat, bagaimanakah keadaannya?”
Imam Qurthubi berkata di bagian lain:
Bayangkanlah, wahai orang yang tertipu, saat sakaratul maut mendatangimu, saat jeritan dan kesulitan maut menjemputmu! Ketika itu, seseorang berkata, “Sungguh si fulan telah berwasiat, hartanya sudah dihitung.” Yang lain berkata, “Sungguh si fulan lidahnya berat. Ia tak lagi mengenal tetangganya dan tak dapat berbicara dengan saudara-saudaranya.” Kau mendengar, tapi tak mampu menjawab.
Bayangkanlah dirimu, hai anak Adam, saat diangkat dari tempat tidurmu ke dipan tempat kau dimandikan, lalu kau dimandikan dan dikafani. Keluarga dan tetangga jadi takut kepadamu. Para kawan dan handai taulan menangisimu.
Orang yang memandikamu berkata, “Mana istrinya?” Suamimu telah tiada! Mana anak-anaknya yang kini menjadi yatim? Kalian ditinggalkan oleh ayah kalian, dan kalian takkan melihatnya lagi setelah hari ini untuk selamanya!” Mereka menyenandungkan:
BACA JUGA: Sakaratul Maut, Benarkah Menyakitkan?
Wahai orang yang tertipu, kenapa kau bermain
Kau membuat angan-angan padahal kematianmu amat dekat
Kau tahu, ambisis adalah lautan tak bertepi yang perahunya adalah dunia, maka berhati-hatilah agar kau tak binasa
Kau tahu, maut membinasakanmu dengan cepan dan kau yakin rasanya tidak enak
Seakan kau telah berwasiat dank au lihat anak-anak yatim dan ibu mereka yang merasa kehilangan, meratap dan menangis
Mereka dilanda kesedihan kemudia mereka mencakar wajah
Sehingga terlihat oleh laki-laki setelah sebelumnya terhijab
Orang yang membawa kafan itu bergerak ke arahmu
Lalu tanah ditimbun ke tubuhmu, air mata pun tumpah berderai
Sumber: Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi