RAMADHAN selalu rutin datang dalam setiap tahunnya. Namun, umur manusia siapa yang bisa memastikannya? Akankah sampai usia kita berjumpa dengan Ramadhan yang akan datang? Adakah utang puasa sebelumnya yang masih belum terbayar?
Tentu pertanyaan itu bisa jadi bahan renungan, sebagaimana kisah berikut ini yang diambil dari sirah Nabi Muhammad SAW.
BACA JUGA: Siap Sambut Bulan Ramadhan? Ini 6 Keutamaannya
Kala itu Rasulullah SAW tengah berada di pertemuan rutin di Masjid Nabawi. Pertemuan itu tak hanya dihadiri kaum pria. Banyak pula kaum wanita yang bersemangat menimba ilmu di majlis Rasulullah SAW tersebut.
Maka, munculah seorang perempuan dari suku Juhanah bertanya kepada Nabi.
“Wahai Rasul, aku sangat mencintai ibuku. Suatu ketika, aku memberi ibuku seorang sahaya perempuan. Tapi, baru-baru ini ibuku meninggal,” cerita perempuan tersebut.
Rasul menimpali dengan santun dan ramah, “Engkau anak yang baik. Engkau pasti mendapat pahala. Dan, sahaya perempuan itu menjadi milikmu kembali sebagai harta warisan.”
“Wahai Rasul, bolehkah aku mengajukan pertanyaan lain?”
“Silakan!” Jawab Rasul, “Tidak usah ragu kemukakan kepadaku segala hal yang ingin kau tanyakan kepadaku.”
Wahai Rasul, ibuku punya utang puasa. Sebulan lamanya. Apakah aku boleh berpuasa atas nama ibuku?”
BACA JUGA: Muslim, Bersegeralah Membayar Qadha Puasa Ramadhan yang Tertinggal
Rasul menjawab, “Berpuasalah atas nama ibumu.”
“Wahai Rasul, ibuku juga pernah bernazar akan melaksanakan haji, tapi dia meninggal dunia sebelum melaksanakannya. Bolehkah aku naik haji atas nama ibuku?” tanya perempuan itu lagi.
Jawab Rasul, “Silakan, naik hajilah engkau atas nama ibumu.Bukankah andaikan dia memiliki utang, engkau akan melunasinya? Karena itu, tunaikan lah utang Allah. Sebab, utang kepada-Nya lebih patut ditunaikan.” []
Sumber: Teladan Indah Rasulullah dalam Ibadah/Karya: Ahmad Rofia Usmani/Penerbit: Mizan Pustaka/Tahun: 2006