ADA seorang seorang pemuda yang mengeluhkan nafsu syahwatnya yang begitu menggebu pada Rasulullah SAW. Ia memanggil Rasulullah dihadapan orang banyak di dalam Masjid. Ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk melakukan zina. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.”
Rasululah tidak meresponnya dengan emosi. Beliau sama sekali tidak membentaknya. Beliau hanya memanggilnya untuk mendekat. “Kemarilah!” kata beliau. Ucapan ini menunjukan betapa pentingnya bersikap seolah – olah kau begitu dekat dengan pemuda itu dan memahami perasaan mereka. Rasulullah kemudian berusaha berdialog dengannya secara logika.
“Apakah kaurela jika itu (perzinaan) terjadi pada ibumu?” tanya beliau.
Pemuda tersebut menggelengkan kepala tanda tidak rela.
“Apakah engkau rela jika hal itu terjadi pada putrimu, apakah engkau rela hal itu terjadi pada bibimu (dari ibu), apakah engkau rela hal itu terjadi pada bibimu (dari ayah)?” tanya beliau.
Pemuda tersebut tidak menginginkan hal itu terjadi pada mereka.
Rasulullah kemudian meletakkan tangan beliau di atas dada pemuda tersebut dan mendo’akannya. Selanjutnya, tidak ada hal lain yang lebih dibenci oleh pemuda tersebut selain perbuatan zina. (H.R. Muslim). []
Sumber: Ikhwan Zone, Romantika dan Gaya Hidup Pubertas/Yusuf Al-Qaradhawi/Penerbit : Zikrul Hakim