Oleh: Iranti Mantasari, BA.IR
Mahasiswi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam UI
SECARA geografis dunia Islam yang kita kenal hari ini terbentang dari utara benua Afrika serta barat dan tenggara benua Asia. Adapun secara politis, dunia Islam dapat disebut terwakilkan oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Internasional (OKI) yang berjumlah sekitar 57 negara dengan jabatan Sekretaris Jenderalnya saat ini dipegang oleh politisi Arab Saudi.
Bila kita membicarakan mengenai dunia Islam, maka lingkup bahasannya bukan sekadar tentang Islam sebagai agama ritual seperti agama-agama lainnya. Diskursus mengenai dunia Islam akan mencakup mengenai aspek peradabannya, sosial-politiknya, hingga kaum Muslimin secara global.
Tak hanya itu, bila menyebut dunia Islam, dua hal yang mungkin terbersit dalam benak adalah kedigdayaan dan konflik yang berdarah-darah.
Tentu saja mendiskusikan kedigdayaan dunia Islam tak akan bisa lengkap jika harus diringkas ke dalam satu tulisan saja, mengingat rentang kekuasaan yang diliputi oleh Islam amatlah lama.
Adapun bila membicarakan mengenai konflik berdarah di dunia Islam, juga tak bisa komprehensif jika dibahas dalam satu tulisan saja, karena kompleksitas yang tinggi terkait nyawa umat Islam yang mudah sekali terancam sebagai dampak dari hubungan politik internasional yang dijalankan masing-masing negeri di dunia Islam hari ini.
BACA JUGA: https://www.islampos.com/citra-pertanian-di-turki-132507/
Meski demikian, tetap menjadi hal yang penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami seperti apa dunia Islam yang dulu dan sekarang, yakni dunia Islam secara historis dan kontemporer. Hal ini dikarenakan kesadaran yang dimiliki oleh umat terkait situasi dan kondisinya sendiri akan mampu menjadi salah satu faktor pendukung kebangkitan dan kemenangan kembali dunia Islam di kancah global.
Dunia Islam dalam Tinjauan Sejarah
Apabila menarik ke belakang, akan didapati sebuah fakta yang tak dapat dinafikan oleh sejarah mana pun, bahwasanya risalah Islam ini mulai mencuat ke permukaan ketika diutusnya Muhammad sebagai Rasulullah. Posisi Rasulullah pun bukan sekadar menjadi penyampai wahyu Allah semata, tetapi Beliau juga menjadi sosok diplomat, panglima militer, bahkan sebagai kepala negara dan pemerintahan.
Terbentuknya Madinah di tengah kontestasi imperium Persia dan Romawi merupakan salah satu kesuksesan dan bukti kepiawaian Rasulullah dalam menjalankan peranan beliau di tengah umat manusia, khususnya di jazirah Arab dahulu. Adapun wafatnya Beliau, selain merupakan sebuah kesedihan yang mendalam, ternyata menjadi momentum tonggak keberlangsungan dunia Islam pada masa berikutnya.
Kepemimpinan Rasulullah yang dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin yang empat, bahkan terus terjadi suksesi hingga para khalifah pada masa Utsmaniyah di Turki merupakan rentang sejarah yang peradaban Islam tertulis di dalamnya.
Negeri-negeri yang pada hari ini, seperti Maroko, Aljazair, Spanyol, Yaman dan Uni Emirat Arab yang tersebar di tiga benua, yaitu Afrika, Eropa dan Asia adalah saksi sejarah yang menunjukkan bahwasanya Islam pernah menjadi kekuasaan adikuasa yang bersifat trans-kontinental, yang jejak peninggalannya masih dapat terindera hingga hari ini.
Masyarakat Islam yang multirasial, multibahasa dan multikultural, mampu hidup berdampingan dan tenteram di bawah panji Islam. Puncak dari semua itu dapat dilihat saat dunia Islam pernah dijadikan rujukan oleh bangsa Barat dalam hal ilmu pengetahuan, teknologi bahkan infrastruktur.
Para ilmuwan Barat juga mengakui bahwa dunia Islamlah yang menjadi peletak pondasi ilmu pengetahuan modern yang saat ini diadopsi oleh Barat. Tak hanya itu, dunia Islam di bawah kekhilafahan Utsmaniyah juga pernah menjadi “shelter” atau tempat berlindung kaum minoritas, seperti bangsa Yahudi yang menjadi korban diskriminasi otoritas Kristen.
BACA JUGA: https://www.islampos.com/masjid-bawah-tanah-pertama-di-dunia-ada-di-turki-145033/
Kedigdayaan Islam dalam mengayomi masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari umat Islam tetapi umat beragama lainnya serta berhasil mengangkat panji Islam kepada puncak peradaban tentu tak boleh luput dari pandangan kita. Hal ini dikarenakan banyaknya upaya-upaya pengaburan sejarah Islam, sehingga menyebabkan umat memiliki gambaran yang tidak jelas bahkan negatif terkait agamanya sendiri.
Dunia Islam Hari Ini
Adapun saat ini, dunia Islam dapat dikatakan jauh dari keutuhan yang dimilikinya dahulu. Kecemerlengan dan kehebatan dunia Islam di masa lampau seakan tergerus oleh zaman. Konflik pecah di mana-mana; umat Islam sangat sering menjadi korban kebengisan para pembencinya, khususnya koalisi Barat; nyawa kaum muslimin begitu murah dan mudah, dan lain-lain. Bila seperti itu pandangan yang ada dalam benak kita terkait dunia Islam kontemporer, maka sangat disayangkan harus dikatakan bahwa itu adalah sebuah fakta yang benar-benar terjadi.
Benang merah dari seluruh fenomena pahit itu bisa diulurkan pada diabolisinya khilafah Islam terakhir di Turki pada tahun 1924 oleh Attaturk dan kekuatan imperialis Barat lain. Masa pasca khilafah Utsmani ini menjadi masa “pencarian jati diri” dunia Islam, yang terlihat dari banyaknya pergolakan di berbagai wilayah eks Utsmani, seperti transisi sistem politik pemerintahan hingga konflik kepentingan antarwilayah tersebut.
Sebagai contoh, status tanah Syam (hari ini meliputi wilayah Suriah, Palestina, Libanon, dan Yordania) ketika dunia Islam masih berada di bawah kepemimpinan khalifah Utsmani Abdul Hamid II sangatlah terjaga. Khalifah yang didatangi oleh Theodore Herzl, pendiri gerakan Zionisme internasional yang meminta tanah di Palestina bagi bangsa Yahudi, menolak mentah-mentah permintaannya itu, karena beliau meyakini bahwa tanah Palestina merupakan tanah kaum Muslimin.
Hal yang berkebalikan justru terjadi ketika khilafah Islam mulai kehilangan kekuatannya secara global hingga akhirnya ia berhasil diabolisi. Tahun 1916, terjadi penandatanganan perjanjian Sykes-Picot yang membagi wilayah Syam dan Mesir bagi imperialis Perancis dan Inggris. Lanjut pada tahun 1917, Deklarasi Balfour juga dilangsungkan yang agenda utamanya adalah ‘mengizinkan’ pembentukan negara Israel di tanah Palestina. Seluruh agenda keji itu berujung pada terpecahbelahnya dunia Islam di bawah kungkungan kekuasaan kaum kafir.
BACA JUGA: https://www.islampos.com/daun-muda-andalusia-sejarah-keemasan-bumi-eropa-140826/
Memasuki abad 21, lagi-lagi dunia Islam harus menanggung beban akibat diberlakukannya kebijakan Global War on Terrorism/Radicalism oleh Amerika atau Perang Global Melawan Terorisme/Radikalisme. Afghanistan diokupasi, Irak diinvasi, Suriah diintervensi bahkan Muslim etnis Uyghur di Xinjiang kini dipersekusi oleh rezim komunis Cina. Kemuliaan Islam dan kaum Muslimin menjadi semakin tak terlihat. Syariah dan Khilafah sebagai pelindung dan penjaga justru dimonsterisasi sedemikian rupa.
Meski demikian yang kita rasakan, bila menilik pada nash-nash syara’, sungguh kemenangan Islam dan kemuliaan kaum muslimin akan dapat segera kembali. Tentu saja dalam hal ini berlaku kaidah kausalitas, yakni kaum Muslimin harus berjuang semaksimal mungkin agar Allah mewujudkan kemenangan tersebut, seperti yang termaktub dalam surah Muhammad ayat 7. “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Wallahu a’lam bisshawwab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.