Tentara Amerika Serikat sudah lama ditarik mundur dari Irak. Pasukan itu kemudian dipindahtugaskan ke Afghansitan seluruhnya—sesuatu yang dikecam dan ditentang oleh tentara-tentara AS itu sendiri.
Tentu, ada beberapa pertimbangan mengapa Amerika berniat menarik pasukannya di Irak. Namun setelah itu, Irak menjadi negara tanpa bentuk setelah mengalami invasi dari AS, pasca-penggulingan Saddam Hussein.
Dan seiring perginya serdadu AS dari bumi Irak, ada satu hal lain yang telah ditinggalkan oleh AS di negara itu. Apalagi kalau bukan penurunan moral dan nilai-nilai Islam. Sejak kedatangannya ke Irak daam usaha penjajahan, bukan rahasia lagi jika para tentara AS gemar sekali mengadakan pesta minuman keras dalam jumlah banyak. Mereka menularkan kebiasaannya minum minuman keras itu kepada rakyat Irak.
Di zaman Saddam, walaupun rejim ini termasuk diktator juga, namun saat itu tak ada bar, pub, atau tokok-toko yang menjual minuman keras. Kini, semua itu bisa ditemui dengan bebas dan terbuka di pelosok Baghdad.
Rumah bordil pun banyak yang beroperasi dan saling berebut pelanggan. Begitu pun bioskop yang kembali dibuka dan banyak memutar film-film yang berbau porno. Dulu, polisi Irak akan menangkap pelaku dan si pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Kini hal itu sudah tak ada lagi.
Tara Rasyid, seorang optamologis di Baghdad menyatakan tadinya ia bersyukur ketika Saddam Hussein digulingkan. Namun, enam bulan setelah itu, kehidupan di sekitarnya berubah menjadi neraka. “Saya selalu khawatir jika suatu waktu akan terjadi perang saudara,” ujarnya lirih kepada BBC. “Sekarang saya tidak pernah lagi percaya kepada para politisi di negara kami.”
Sedangkan Mateen Dooski, 45, berasal dari daerah Dohuk, Irak sebelah utara, mengeluhkan sulitnya perekonomian yang tak terkendali di negaranya. []