ANKARA–Pada Jum’at (8/9/2017) Wakil Perdana Mentri Turki Fikri Işık mengeluarkan dokumen yang berisi surat ucapan selamat atas kemenangan Ottoman.
Menurut catatan yang diperoleh dari arsip Utsmani, orang-orang Rohingya mengirim 1.391 pound uang ke Ottoman pada tahun 1913 untuk membebaskan orang-orang Turki yang terluka dalam Perang Balkan, yang terjadi antara tahun 1912 dan 1913.
Surat tersebut, yang ditulis ke Grand Vizier Prince Hilmi Paşa, mengucapkan selamat kepada Ottoman untuk kemenangannya.
“Saya mengambil kesempatan ini untuk mengucapkan selamat kepada Yang Mulia dan anggota kabinet semua rekan kerja Turki saya atas pertempuran di Adrianople yang luar biasa dan menakjubkan…” kepala Dana Bantuan Utsmani di Rangoon Ahmed Mawla Dawood mengatakan dalam surat tersebut. Seperti dilansir Daily Sabah Turki
Dia juga mencatat bahwa orang-orang Rohingya merayakan kemenangan saudara-saudara Muslim mereka dan berdoa di masjid-masjid.
Wakil perdana menteri menyatakan dalam twitternya bahwa surat tersebut menunjukkan solidaritas yang mendalam antara orang Rohingya dan Turki.
“Bangsa Turki bersyukur kita selalu berdiri melindungi orang yang tertindas dan yang tidak bersalah, dan telah memberikan harapan kepada mereka yang membutuhkan,” kata Işık.
Dia mencatat bahwa Turki, yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan, akan terus memberikan bantuan kepada semua orang yang membutuhkan.
Ankara mendesak tindakan internasional untuk melawan kekerasan atas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Presiden Recep Tayyip Erdogan berbicara dengan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan Turki mengirim bantuan kemanusiaan kepada Rohingya.
Menteri Luar Negeri Mevlüt Çavuşoğlu juga berbicara dengan rekan-rekan dari berbagai negara mendesak untuk mengambil tindakan mengenai kekerasan yang terjadi pada Muslim Rohingya.
Pada hari Kamis Ibu Negara Emine Erdoğan dan delegasi pejabat organisasi politik dan non-pemerintah pergi ke Bangladesh untuk mengunjungi pengungsi Rohingya di sebuah kamp di Cox Bazaar.
Kekerasan terjadi di negara bagian Rakhine setelah pasukan keamanan melancarkan operasi terhadap Muslim Rohingya, yang memaksa setidaknya 120.000 orang, termasuk wanita dan anak-anak untuk melarikan diri dan mencari perlindungan di negara tetangga Bangladesh sejak 25 Agustus, saat kekerasan dimulai.
Pasukan keamanan Myanmar dituduh menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dan menghancurkan rumah-rumah warga Rohingya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan dan penyiksaan secara brutal. Perwakilan Rohingya mengatakan sekitar 400 orang telah terbunuh dalam kekerasan tersebut.[].