Oleh: Mila Munawwaroh
(Mahasisw KPI STAI DR KHEZ Muttaqien Purwakarta)
SAAT ini, kita sudah memasuki bulan Dzulhijjah, yang di dalamnya terdapat salah satu hari besar umat Islam yaitu Idul Adha. Karenanya bulan ini dinilai sebagai bulan yang istimewa dan banyak dipilih untuk menyelenggarakan pernikahan.
Menyoal pernikahan, rasanya tidak bisa kita lepaskan dari pesta atau resepsi. Dalam Islam, mengumumkan pernikahan dan mengadakan walimah memang dianjurkan. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam hadits Rasulullah SAW, yang artinya ”Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing,” (HR. Bukhari Muslim).
Ada satu hal tentang pesta pernikahan yang mengganggu benak saya selama ini. Yaitu soal sampah sisa makanan yang dihasilkan. Jika diperhatikan, makanan yang bersisa di piring para tamu undangan biasanya tidak banyak. Mungkin hanya satu, atau dua sendok makan saja. Akan tetapi, menyisakan makanan yang hanya satu, atau dua sendok ini dilakukan oleh orang yang tidak sedikit. Padahal konsep perasman di pesta pernikahan sebenarnya sangat ideal untuk menghindari makanan terbuang.
BACA JUGA: Waktu Penyelenggaran Walimah ‘Urus
Sampah makanan yang dihasilkan pesta pernikahan ini menjadi salah satu penyumbang dari total 1,3 juta ton sampah makanan yang dihasilkan Indonesia selama satu tahun (sumber: mediaindonesia.com). Jumlah ini rupanya menjadikan Indonesia menempati Ranking ke 15 dalam kategoti The Food Loss and Waste score (negara dengan jumlah sampah makanan paling tinggi ) dari 67 negara dalam FOOD SUSTAINABILITY INDEX.
Angka yang sangat fantastis di saat sebagian masyarakat Indonesia malah mengalami kelaparan. Berdasarkan data yang dirilis oleh situs resmi Global Hunger Index (GHI ) tentang indeks kelaparan global 2019, Indonesia mendapat skor sebesar 20,1 dan termasuk dalam kategori serius. Dari 117 negara yang tercantum dalam laporan itu, Indonesia menempati peringkat 70. Ada tiga kategori yang dipakai oleh GHI, yaitu kategori rendah (kurang dari 9,9), moderat (10-19,9), serius (20-34,9), mengkhawatirkan (35-49,9), sangat mengkhawatirkan (lebih dari 50).(Sumber: kompas.com).
Sampah makanan dapat menimbulkan berbagai permasalahan untuk lingkungan. Salah satunya, seperti dikutip dari gifood.id, dapat mengeluarkan gas metana yang menimbulkan terjadinya efek rumah kaca.
Ketika makanan dibuang, pada akhirnya akan menumpuk di tempat pembuangan sampah. Lalu saat makanan-makanan tersebut mulai membusuk, maka gas metana akan dilepaskan ke lingkungan. Gas metana inilah yang menimbulkan efek rumah kaca di atmosfer dan memperparah global warming. Selain itu, sampah makanan dapat mencemari tanah dan mengurahi jumlah lahan karena digunakan untuk tempat pembuangan sampah.
Terlepas dari dampaknya yang berbahaya terhadap lingkungan, sampah makanan tentu saja menimbulkan kemubaziran, dan mengurangi keberkahan dari sebuah pesta pernikahan.
Menjadikan makanan yang semula sesuatu yang bernilai menjadi sampah yang pada akhirnya akan dibuang membuat kita menjadi seseorang yang boros. Sedangkan Allah berfirman dalam Al-Quran, yang artinya,
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu sangat inkar kepada tuhannya” (QS. Al-Isra’, Ayat 26-27).
BACA JUGA: Ternyata, Walimah Tak Harus Mahal
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk-paling tidak-mengurangi jumlah sampah makanan, terutama dari sebuah pesta pernikahan?
Sederhana saja, ketika kita menghadiri sebuah pesta pernikahan, maka ambil makanan secukupnya yang mampu kita habiskan dan jangan “laper mata” hanya karena makanan yang disajikan di pesta pernikahan banyak ragamnya dan sangat menggugah selera.
Saat kita berada di posisi sebagai penyelenggara pesta pernikahan, maka pertimbangkan jumlah makanan yang akan disediakan sesuai dengan jumlah tamu undangan. Apabila banyak makanan yang tersisa selepas pesta, tidak ada salahnya untuk membagikannya kepada tetangga atau masyarakat yang membutuhkan dibanding membiarkannya membusuk dan menjadi sampah.
Konsep ini akan menghasilakan perubahan besar apabila kedepannya dilakukan oleh banyak pihak. Tidak hanya oleh tamu undangan dan penyelenggara pesta pernikahan, tapi juga oleh tamu dan pemilik usaha kuliner.
Mulai sekarang, yuk stop buang-buang makanan! []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.