KISAH mualaf kali ini datang dari seorang perembuan bernama Lisa Tesalonika, anak dari seorang pemuka agama terkemuka. Perjalanan Lisa menjadi mualaf berawal ketika rasa keingintahuannya tentang Islam.
Lisa penasaran dengan justru mencari tahu tentang kesalahan-kesalahan terkait agama Islam yang sering didengar dan dibaca dari buku-buku yang dimiliki mendiang ayahnya. Ia juga ingin mencari celah untuk melemahkan Islam di hadapan para teman-temannya yang Muslim.
Namun bukannya menemukan celah dalam agama Islam, hidayah justru menghampiri Lisa. Dia justru menjadi makin yakin bahwa Islam bukanlah agama buruk seperti yang ia prasangkakan. Dengan inisiatifnya sendiri dia belajar serta mendalami tentang Islam secara diam-diam.
BACA JUGA: Cerita Dave Chappelle, Stand-Up Comedian Papan Atas Amerika yang Jadi Mualaf Sejak Umur 17 Tahun
“Hal yang paling buat saya tercengang itu ketika ada beberapa hal di dunia ini ada di Alquran. Kok bisa Alquran dibuat dulu, terus kita baru tahu sekarang. Itu kan enggak mungkin ya, tapi itu ada. Seperti di dalam laut ada api. Itu yang membuat saya perlahan-lahan mengenal Islam, perlahan-lahan luluh, seperti terbuka,” ujar Lisa dalam kanal YouTube Mualaf Center Aya Sofya.
Meski demikian, wanita cantik ini masih belum memberanikan dirinya bersyahadat dikarenakan bertentangan dengan prinsip sang ibu yang merupakan umat taat di agamanya dulu.
“Cuma saya waktu itu belum berani syahadat, karena waktu itu saya sangat takut menyakiti perasaan ibu. Apalagi kan kita punya rumah ibadah. Papa saya juga terkenal sebagai seorang pemuka agama. Jadi pokoknya susah,” jelasnya.
Lisa bahkan rela meninggalkan pekerjaannya karena bertentangan dengan perintah Islam. Ia harus bekerja di sebuah bar yang banyak menyediakan minum-minuman beralkohol. Selain itu juga dia menginginkan untuk menutup aurat.
Wanita cantik ini kemudian memilih membuka usaha sendiri di rumah. Awalnya ia merasa senang karena dapat tinggal dekat dengan keluarga, terutama sang ibu. Namun, hal tersebut justru memberikan tekanan batin yang kuat bagi dirinya.
Tidak hanya sang ibu, kakaknya pun mempertanyakan status kepercayaan wanita ini. Ibunya menganggap bahwa putrinya sudah didoktrin seseorang untuk tertarik tentang ajaran agama Islam.
BACA JUGA: 500 Orang Masuk Islam pada Piala Dunia 2022, Fakta atau Hoaks?
Meskipun telah menjadi mualaf, Lisa kala itu masih belum bebas mengenakan hijab di lingkungannya. Ia bahkan bercerita mengenakan jilbab di sebuah pom bensin.
“Jadi saya itu nyembunyiin jilbab. Kalau saya kadang mau pergi itu, saya pakainya di luar atau di jalan. Jadi kalau sudah mau sampai rumah, saya lepas di jalanan juga. Jadi lihat ada motor lewat atau enggak terus lepas dan pakai jaket saya tutup helm,” jelas Lisa.
Dari kisah di atas kita bisa tahu bahwa sungguh berat perjuangan seorang mualaf. []
SUMBER: OKEZONE