Oleh: Mahfudin Arsyad
MUSIM panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi Muslimah untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan etika. Namun berbeda dengan musim dingin. Dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa terjaga.
Jilbab memang memiliki multifungsi. Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari Kairo ke Alexandria; Di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat. Karena menantang kesopanan, ia duduk di ujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang “perhatian” kalau bisa dibahasakan sebagai “keprihatinan sosial.”
Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk di sampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak menasehati anaknya sendiri.
BACA JUGA:Â Peran Wanita Dalam Kehidupan Publik
Apa respon perempuan muda tersebut?
Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang. “Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!”
Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget, lalu terdiam.
Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu. Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan. Di terminal terakhir mikrobus Alexandria.
Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur pulas. Karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar. “Bangunkan saja!” Kata seorang penumpang. “Iya, bangunkan saja!” Teriak yang lainnya. Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.
Salah seorang penumpang lain yang tadi duduk di dekatnya, mendekati si wanita dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah. Namun, Astaghfirullah! Apakah yang terjadi? Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka. Kontan seisi mikrobus berucap istighfar.
Kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan kalimah Allahu Akbar dengan linangan air mata.
Sebuah akhir yg menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Allah SWT, memesan neraka-Nya.
BACA JUGA:Â Wanita yang senang Bekerja dan Menghasilkan Uang?
Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya.
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat.
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk.
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah.
Sungguh Allah masih menyayangi kita. Yang masih terus dibimbing-Nya. Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-Nya agar semakin dekat. Dan bagi mereka yang terlena, seharusnya segera sadar, mumpung kesempatan masih terbuka di sisa usia yang masih ada.
Apakah booking tempatya terpenuhi di alam sana? Wallahu a’lam. []