SEPULUH malam terakhir di bulan ramadhan adalah momen yang paling dinantikan oleh umat islam. Bagaimana tidak, di sepuluh malam terakhir ini terdapat malam lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan yang tidak satu orangpun tahu kedatangannya.
Sehingga, sepatutnya kita harus berlomba-lomba untun menggapai kemuliaan tersebut dengan cara lebih meningkatkan ibadah, seperti membaca al Qur’an, mengerjakan shalat-shalat sunnah, bahkan melakukan i’tikaf di masjid.
Namun, bagaimanakah hukumnya jika seorang wanita ingin melakukan I’tikaf di masjid selama sepuluh malam terakhir ini?
Menurut mayoritas ulama, wanita boleh beri’tikaf di masjid sebagaimana laki-laki. Sebagaimana hadist rasulullah SAW berikut ini: ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya,” (HR. Bukhari no. 2041).
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau,” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).
Wanita boleh beri’tikaf di masjid asalkan memenuhi 2 syarat: (1) Meminta izin suami dan (2) Tidak menimbulkan fitnah (godaan bagi laki-laki), sehingga wanita yang i’tikaf harus benar-benar menutup aurat dengan sempurna dan juga tidak memakai wewangian yang bisa menarik perhatian lawan jenis (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2: 151-152). []
Sumber : E-Book Panduan Ramadhan Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah, Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, ST, MSc