NAMA aslinya adalah Qais. la adalah pelayan Ummu Salamah, istri Rasulullah. Safinah berasal dari Persia. la dimerdekakan dengan syarat bersedia menjadi pembantu Rasulullah selama hidupnya. Perihal nama Safinah yang disandangnya, itu pun menyimpan satu kisah tak terlupakan.
Saat itu, Rasulullah dan beberapa sahabat hendak bepergian. Barang yang mereka bawa cukup banyak. “Wahai Qais, bukalah kainmu untuk membawa barang-barang ini,” perintah Rasulullah.
BACA JUGA: Mimpi Sahabat yang Dijamin Masuk Surga
“Baik, wahai Rasulullah,” jawab Qais. la pun membentangkan kainnya dan meletakkan barang-barang itu.
“Bawalah semuanya. Sesungguhnya engkau adalah sebuah kapal (Safinah),” sabda Rasulullah.
Semula, Safinah tidak menduga akan mampu mengangkat barang-barang itu. Berkat doa Rasulullah, ia sanggup melakukannya. Sejak saat itu, Safinah menjadi kuat. Jika diminta memikul seekor unta, dua ekor atau 100 ekor sekali pun, ia mampu.
Badai semakin besar. Perahu itu pun diterjang ombak dan pecah berkeping-keping. Safinah tercebur ke dalam laut.
Dalam kepanikan, tangannya berusaha meraih potongan kayu bilah badan kapal untuk berpegangan. Safinah pun pasrah ke mana arus membawanya.
BACA JUGA: Wabah Demam yang Menyerang para Sahabat
Safinah terdampar di sebuah pulau dengan hutan yang lebat. la bersyukur kepada Allah karena selamat dari badai. Namun rupanya, ia kembali diuji. Tiba-tiba saja seekor singa besar mendekatinya dengan gigi menyeringai. Taringnya putih dan tajam. Kulit manusia pasti koyak dikunyahnya. Dalam keadaan panik dan pasrah, tanpa sadar Safinah berkata, “Hai Abul Harits (julukan untuk singa), aku ini pembantu Rasulullah.”
Masya Allah. Singa itu mengangguk-angguk seolah mengerti ucapan Safinah. la mendekati Safinah, tapi tidak menggigitnya. Sebaliknya, singa itu mendorong-dorong bahu Safinah hingga ia keluar dari hutan. Safinah diantarkan hingga ke pinggir sebuah jalan. Setelahnya, singa itu mengaum keras seolah mengucapkan selamat tinggal. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: Al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015