BADAN gemuk seringkali menjadi bahan perundungan atau cibiran, terutama di kalangan wanita. Berat badan yang ideal dan postur tubuh langsing seolah jadi kebanggaan, sehingga gemuk menjadi kondisi fisik yang sangat tidak diinginkan sebagian wanita.
Dalam Islam, ada yang disebut dengan wanita tsabithah. Mereka adalah wanita yang memiliki tubuh gemuk. Apakah wanita tsabithah menjadi aib? Tentu tidak.
BACA JUGA: Lha, Ini Imbasnya ke Tempat Tidur Jika Gemuk
Dalam sebuah riwayat, Aisyah mengisahkan, “Pada suatu malam di Muzdalifah, ada beberapa wanita minta izin kepada Rasulullah. Mereka ingin berangkat lebih dulu dari yang lain, karena mereka wanita tsabithah yang tidakkuat berdesakan dengan orang banyak.”
Mereka bukan ingin berpisah dari rombongan, namun mereka berharap kemudahan dalam rangkaian ibadah haji. Apakah Rasulullah melarang mereka? Tidak.
Nabi Muhammad ﷺ sangat memahami kesulitan wanita tsabithah tersebut. Beliau memperilakan mereka berangkat terlebih dahulu. Maka, Saudah binti Zam’ah dan kawan-kawannya yang merupakan golongan wanita tsabithah pun amat berterima kasih atas ijin yang diberikan rasul (Muhammad Utsman Al-Khasyt, Fikih Wanita: Empat Mazhab, hal: 204).
Ya, Saudah binti Zam’ah, salah satu istri nabi Muhammad ﷺ, merupakan wanita tsabithah. Muhammad Ali Quthb dalam buku 36 Perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah, menjelasakan bahwa dari segi fisik, Saudah merupakan wanita tua berkulit hitam, gemuk, dan lemah. Namun, Saudah berhati mulia dan mempunyai kepribadian ceria. Keberadaannya berharga di sisi Rasul. Wanita tersebut dapat menghilangkan kegundahan hati Rasulullah ﷺ lewat perangainya yang menyenangkan, taat dan baik.
Sikap yang ditunjukkan Rasulullah ﷺ hendaknya menjadi teladan bagi setiap suami. Istri adalah bidadari tercantik, itulah prinsip yang seharusnya dipegang oleh suami sejati.
BACA JUGA: Jadi Gemuk Setelah Nikah?
Ketika istri dicibir karena kondisi fisik yang dianggap tidak cantik, maka suami harus menjadi orang terdepan yang menjunjung kehormatannya, menghargai dan menghiburnya. Sebagiamana Nabi Muhammad ﷺ yang memberikan perhatian dan penghargaan kepada Saudah.
Beliau ﷺ tidak menyembunyikan Saudah di hadapan publik. Kondisi fisik Saudah bukanlah aib. Justru, di sisi Nabi, Saudah adalah istri yang hebat. Penghargaan dan perhatian Nabi terhadapnya pun memicu pihak lain menjadi lebih menghargai Saudah secara proporsional.
Bayangkan, jika seorang suami sama sekali tidak menghargai istrinya yang dianggapnya tidak cantik dan tidak ideal! Apapun kondisi istrinya, sikap suami yang semacam itu justru dapat membuat pihak lain makin merendahkannya. Suami yang demikian tidak bisa disebut sebagai suami yang baik.
Sementara itu, bagi para istri, jangan malu hanya karena kondisi fisikmu tidak ideal, tidak cantik, bahkan gemuk. Ingatlah, seseorang yang tidak bersyukur dan tidak mampu menghargai dirinya sendiri, maka akan sulit mendapatkan penghargaan dari orang lain. Toh, dirinya sendiri malah merasa malu dan kecewa pada keadaannya. Padahal, tubuh dan segala kelebihan yang dimilikinya adalah anugerah Allah yang harus disyukuri.
BACA JUGA: Benarkah Gemuk Itu Tercela?
Wanita itu sendiri kerap terjerumus dalam kaca mata sempit tentang arti cantik. Gemuk dianggap tak cantik. Sedangkan langsing dianggap ideal dan menjadi target yang ingin diraih oleh banyak wanita.
Padahal, tahukah, bahwa definisi cantik itu selalu berubah dari masa ke masa. Tidak konstan atau tetap. Bahkan, cenderung labil. Di laman indonesiana.tempo.co, sebagaimana dikutip dari buku Rahasia Rumah Tangga Rasulullah, karya Yola Hemdi, manusia tidakpunya sikap istiqamah dalam memandang definisi cantik.
- Di masa Renaisans (1400-1600), kriteria cantik itu curve and motherly. Bentuk badan berisi jadi idaman.
- Di era Victoria (1837-awal 1900), muncul definisi cantik Hourglass. Wanita dianggap cantikjika memiliki lekuk tubuh bak jam pasir.
- Di era twig (1960-1970), kriteria cantik itu thin and waif-like. Wanita harus langsing dan kurus jika ingin dianggap cantik.
- Di era The Unrealistic Skinny (akhir 2000-sekarang), kriteria cantik itu curvy and thin in the same time. Wanita dipandang cantik jika memiliki lekuk tubuh proporsional namun tetap masuk dalamkategori kurus.
Nah, apakah wanita muslimah mau terjebak dalam paradigma cantik yang penuh tuntutan seperti demikian?
Ketahuiah, bahwa keadaan fisik bukan jaminan hidup bahagia. Memiliki kondisi fisik yang ideal dan cantik bukan jaminan rumah tangga menjadi sakinah, mawwadah wa rahmah. Sebab, sakinah itu perkara jiwa yang terkait dengan sesama jiwa juga. Sakinah itu tidak terkait dengan fisik atau definisi cantik. Sakinah itu tentang hati yang bersyukur dan menghargai pasangan.
Adapun kondisi fisik seseorang, baik suami ataupun istri, pasti akan mengalami perubahan. Itu sudah jadi sunatullah dalam fase kehidupan. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ dan istrinya pun mengalami hal tersebut.
Siapa tak kenal Aisyah, istri nabi yang dinikahi selagi masih belia. Cantik, muda dan pastinya memiliki kondisi fisik yang ideal sebagai wanita. Namun, seiring bertambahnya usia, kondisi fisik Aisyah pun berubah.
BACA JUGA: Punya Suami Gemuk? Wah
Ada sebuah kisah jenaka yang diriwayatkan dalam hadis terkait perubahan fisik Aisyah tersebut. Suatu hari dia menemani Rasulullah pada sebuah perjalanan. Mereka lantas berlomba lari. Aisyah yang bertubuh ramping dan ringan dengan usia yang masih muda dapat mengalahkan suaminya. Namun, pada kesempatan lain setelah tahun demi tahun berlalu, Aisyah yang tak lagi muda dan tubuhnya tak selangsing dulu akhirnya kalah lomba lari dari suaminya. Kala itu Rasul berkata riang, “Kini aku sudah berhasil mengalahkanmu.” (M Faizil Adhim, Agar Cinta Bersemi Indah, hal. 36)
Nah, terbukti kan, bahwa perubahan fisik pasangan tidak mengurangi kebahagiaan pernikahan. Rasulullah ﷺ telah memberikan teladan terbaik dalam hal itu.
Wanita tsabitah boleh saja mengupayakan penampilan terbaik dan tentunya menjaga kesehatan. Namun, tetaplah bersyukur dengan kondisi fisikmu. Kamu cantik selama jiwa dan ragamu terjaga dalam ketaatan kepada Allah SWT. []
Referensi: Rahasia Rumah Tangga Rasulullah/Karya: Yola Hemdi/Penerbit: Gramedia Pustaka/Tahun: 2020