WASIAT Nabi Adam kepada putranya Nabi Syith patuh menjadi pelajaran bagi kita semua.
Di antara anak Nabi Adam As ada seorang anak yang begitu shaleh. Hingga kemudian Allah SWT mengangkatnya menjadi Nabi. Ialah Nabi Syith. Nabi Syith lahir setelah peristiwa pembunuhan Habil oleh saudaranya yakni Qabil atau ketika Nabi Adam berusia 130 tahun.
Dalam kitab Al Bidayah wa an Nihayah 1/115 yang juga dikutip oleh Jihad Muhammad Hajjah dalam Umur dan Silsilah Para Nabi menuliskan bahwa nabi Adam hidup sampai delapan ratus dua puluh lima tahun setelah kelahiran nabi Syith. Ada pendapat bahwa nama Syits berarti hibtullah artinya karunia Allah.
Dalam Qashashu Al Anbiya menyebutkan, Syits diangkat Allah SWT sebagai seorang nabi. Dimana Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Syith sebanyak lima puluh risalah. Nabi Adam pun berwasiat pada Nabi Syith untuk menggantikan posisi kepemimpinannya.
Wasiat Nabi Adam, Nabi Syith Sebagai Penerus Nabi Adam
Keterangan ini juga terdapat dalam Tarikh Ath Thabari 1/152 yang dikutip oleh Dian Novianti dalam The Prophet kisah hikmah 25 Nabi Allah. Disebutkan bahwa Nabi Syith bin Adam selanjutnya dipercaya memegang risalah kenabian setelah Nabi Adam wafat.
Sebagai nabi, Syith menerima lembaran-lembaran wahyu dari Allah SWT. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifari menjelaskan bahwa Allah SWT menurunkan seratus empat puluh shahifah, dan kepada Syith sebanyak lima puluh shahifah.
Nabi Adam juga mewasiatkan pada Nabi Syith agar selalu membesarkan kemuliaan dan keagungan Nabi Muhammad SAW. Nabi Adam mewasiatkan pada Syith agar berdzikir dengan menyebut nama Nabi Muhammad.
BACA JUGA: 4 Kemuliaan Umat Rasulullah ﷺ Menurut Nabi Adam AS
Hal ini sebagaimana dikatakan Imam Jalaluddin Abdur Rahman As Suyuthi dalam kitab Al Hawi Lil Fatawi Juz 2 hal 174 yang juga dikutip dalam Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan-Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah KTB menyebutkan bahwa Nabi Adam berwasiat pada Nabi Syith agar setiap berdzikir menyebut nama Allah menyertakan juga dengan menyebut nama Nabi Muhammad.
Wasiat Nabi Adam pada Nabi Syith, Perbanyak Dzikir
Hal itu karena Nabi Adam melihat nama Nabi Muhammad selalu berdampingan dengan asma Allah tertulis meliputi Arasy, di seluruh tempat di langit, di kamar-kamar surga, di leher para bidadari surga, di dedaunan pohon-pohon di surga, di dedaunan pepohonan Thuba, di seluruh dedaunan pohon Sidratul Muntaha, di seluruh sudut benteng dan di setiap dahi antara kedua mata Malaikat.
Karenanya Nabi Adam mewasiatkan Nabi Syits memperbanyak berzikir menyebut nama baginda Nabi SAW, sebab seluruh Malaikat di alam malakut senantiasa berdzikir menyebut namanya.
Nabiyullah Syith (Seth) ‘alaihissalam adalah putra ketiga Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa yang juga adik bungsu Habil dan Qabil. Nabi Syith merupakan satu-satunya anak Nabi Adam tidak mempunyai kembaran (anak-anak lain dilahirkan kembar dan berpasang-pasangan).
Nabi Syith dilahirkan (sekitar 3630-2718 SM), wafat pada usia 1042 tahun. Riwayat lain menyebut 912 tahun. Beliau menikah dengan Azura (Hazurah), kemudian mengandung seorang anak bernama Enos pada usia 105 tahun. Nabi Syith dilahirkan lima tahun setelah Habil (putra kesayangan Nabi Adam) dibunuh oleh Qabil.
Wasiat Nabi Adam pada Nabi Syith, Guru Nabi Idris
Nabi Syith diangkat sebagai Nabi menggantikan Nabi Adam. Beliau termasuk guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, menjinakkan kuda dan lain-lain.
Dalam Kitab Qasas al-Anbiya sebagaimana diceritakan Salim Umar Alattas disebutkan, setelah menderita sakit selama 11 hari, Nabi Adam wafat. Ketika masih sakit, Nabi Adam berwasiat kepada Nabi Syith untuk menggantikan kepemimpinannya. Nabi Adam mengingatkan Syith untuk menjaga kerahasiaan penyerahan mandat ini agar jangan sampai diketahui oleh Qabil, si pendengki.
Menurut Ibnu ‘Abbas, ketika Syith dilahirkan, Nabi Adam berusia 930 tahun. Nabi Adam memilih Syith karena memiliki kelebihan dari segi keilmuan, kecerdasan, ketakwaan dan kepatuhan dibandingkan dengan semua anaknya yang lain.
Sebagai Nabi, Syith menerima perintah-perintah dari Allah yang tertulis dalam 50 sahifah. Demikian keterangan dari Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar al-Ghifari sebagaimana dikutip dalam Tarikh Thabari. Nabi Syits memilih bertempat tinggal di Mekkah. Beliau membangun kembali Ka’bah dengan lumpur kental dan tumpukan batu-batu.
Dalam memilih pemimpin, Nabi Adam menjadikan ketakwaan, kecerdasan dan ketaatan sebagai kriteria utama. Beliau menepikan faktor usia, postur tubuh, kekuatan fisik dan aspek-aspek lainnya.
Lima Wasiat Nabi Adam kepada Nabi Syith
1- Janganlah kamu merasa tenang dan aman hidup di dunia. Karena aku merasa tenang hidup di surga yang bersifat abadi, ternyata aku dikeluarkan oleh Allah daripadanya.
2- Janganlah kamu bertindak menurut kemahuan istri-istri kamu. Kerana aku bertindak menurut kemauan istriku (Hawa), sehingga aku memakan pohon terlarang, lalu aku menjadi menyesal.
3- Setiap perbuatan yang kamu lakukan, renungkan terlebih dahulu akibat yang akan ditimbulkan. Seandainya aku merenungkan akibat suatu perkara, tentu aku tidak tertimpa musibah seperti ini.
BACA JUGA: Wasiat Nabi Sebelum Wafat
4- Ketika hati kamu merasakan takut akan sesuatu, maka tinggalkanlah ia. Karena ketika aku hendak makan buah khuldi (buah terlarang), hatiku merasa takut, tetapi aku tidak menghiraukannya, sehingga aku benar-benar menemui penyesalan.
5- Bermusyawarahlah mengenai suatu perkara, karena seandainya aku bermusyawarah dengan para malaikat, tentu aku tidak akan tertimpa musibah. []