SYAIKHUL Islam Ibnu Taimiyyah mendefinisikan bahwa hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Hasad termasuk akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya hasad (dengki) dalam kehidupan manusia, antara lain:
1.Permusuhan dan Kebencian
Ini termasuk penyebab yang paling besar. Karena sesungguhnya siapa saja yang disakiti dengan sebab apapun dan diselisihi tujuannya maka yang timbul adalah kebencian dalam hatinya terhadap orang tersebut, hingga akan melekat dalam hatinya rasa benci (hasud), oleh karena itu hasud akan selalu menyertai perasaan benci dan permusuhan serta tidak akan pernah terpisah dari keduanya.
BACA JUGA: Agar Mesra Tak Menjadi Hasad
2.Sikap Sombong
Biasanya kesombongan itu muncul ketika ada diantara teman kita yang memperoleh nikmat baik harta atau pun kekuasaan. Dikhawatirkan apabila ia sombong kepada kita, dan tidak mampu menghadapi kesombongannya, dan jika seseorang memperoleh nikmat tersebut adalah orang yang kedudukannya di bawah kita, maka kita tidak mampu melampaui dia atau menyamainya.
3.Cinta Kedudukan dan Jabatan
Hal ini sering terjadi pada seseorang yang sering mendapat sanjungan da pujian, entah dikarenakan ilmu, jabatannya, karena keberanian, ibadah, keterampilan/skill, kekayannya, sehingga ia terbiasa mendapatkan pujian dan hal itu telah menjadi kesenangannya.
Ketika ia mendengarkan ada seorang temannya di belahan dunia yang lainnya menyainginya maka ia merasa sakit hati padanya hingga berharap agar temannya itu mati atau kehilangan nikmat yang ada pada dirinya, demikian itu tidak terjadi kecuali karena cinta jabatan dengan mengaku istimewa.
4.Sakit Hati dan Keras Hati
Ada sebagian manusia yang apabila disebutkan padanya tentang seseorang di antara hamba Allah yang mendapatkan nikmat dari Allah maka hatinya merasa sakit, namun apabila disebutkan kepadanya keburukan yang menimpa seseorang maka dia merasa senang, seakan-akan orang lain akan mengambil kebaikan-kebaikan darinya. Oleh karena itu dikatakan dalam sebuah syair : “Orang yang bakhil (pelit) adalah orang yang bakhil terhadap hartanya, dan yang syahih (teramat pelit) adalah orang yang bakhil terhadap harta orang lain.
5.Takut Kehilangan Kepentingannya
Munculnya hal ini karena karena adanya sebuah nikmat atau tujuan yang diperebutkan oleh orang banyak. Hal ini sering terjadi namun justru terhadap sesame teman sendiri, atau sesame saudara sekandung atau saudara sepupu.
Dan diantaranya yakni hasad (iri hati, dengki) yang terjadi pada saudara-saudara Nabi Yusuf as. Terhadap diri Yusuf, hal ini dikarenakan ia mendapat perhatian yang lebih dari ayahnya. Allah swt berfirman : “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (adiknya) lebih dicintai oleh ayah kita.”(QS. Yusuf:8)
Oleh karena itu biasanya kebencian itu terjadi di antara orang-orang alim (pandai) bukan terhadap orang-orang yang bodoh. Adapun orang bodoh hanya iri dan dengki terhadap orang bodoh bukan dengan orang alim (pandai). Demikian pula dengan pedagang iri dan dengki terhadap pedagang lainnya dan pembantu iri dan dengki terhadap pembantu lainnya.
Hasad (Iri hati, dengki) banyak macamnya, antara lain:
1.Berharap hilangnya nikmat orang lain, seperti harta, ilmu, jabatan atau kekuasaan agar berpindah padanya. Hal ini diharamkan.
BACA JUGA: Sifat Hasad Ternyata Bisa Hinggap di Hati Orang Beriman
2.Berharap hilangnya nikmat orang lain walaupun nikmat tersebut tidak berpindah kepadanya (yang penting nikmat itu berpindah dari pada orang itu). Hal ini juga diharamkan bahkan hal ini lebih jahat dan lebih buruk.
3.Berharap agar dirinya mendapat nikmat sebagaimana yang diperoleh saudaranya namun apabila ia tidak memperolehnya maka ia tidak suka apabila nikmat tersebut hilang dari saudaranya. Hal ini seperti disunnahkan apabila nikmat tersebut berhubungan dengan agama dan ini yang disebut dengan istilah “Ghibthoh” dan dinamakannya dengan hasad termasuk bab Majaz (bukan arti yang sebenarnya).
Dan apabila nikmat tersebut berhubungan dengan urusan dunia maka hasad disini tercela, berdasarkan Firman Allah Swt, yang artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain…”(QS. An-Nisaa : 32). []
Referensi : Abu ‘Ubaidah Mahir Bin Shaleh Ali Mubarak., Ruqyah Syar’iyah Gangguan Jin, Hasad dan ‘Ain