DI antara paham tasawuf yang sesat dan menyesatkan adalah akidah wahdatul-wujud, yang biasanya diistilahkan dengan manuggaling kawulo lan Gusti, yaitu bersatunya Tuhan dengan hamba.
Sungguh, ini adalah sebuah kaidah yang bertentangan seratus persen dengan pokok-pokok ajaran Islam, bahkan menghancurkan persendiannya baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, dan sebagainya.
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Bangkit membantah mereka (ahli wahdatul-wujud) merupakan kewajiban yang sangat utama, sebab mereka adalah perusak akal dan agama manusia, mereka membuat kerusakan di muka bumi, dan menghalangi dari jalan Allah. Bahkan mereka terhadap Agama melebihi para penjajah dunia seperti perampok dan pasukan Tatar yang hanya merampas harta tanpa merusak agama.”
BACA JUGA: Tersesat karena Turuti Hawa Nafsu
Di antara pengibar bendera paham sesat ini adalah beberapa tokoh zaman dahulu seperti Ibnu Arabi, al-Hallaj, Ibnu Faridh, Ibnu Sab’in, dan sebagainya. Adapun pengibar benderanya di Indonesia; di Jawa: Syaikh Siti Jenar, di Sumatra: Hamzah al-Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani, di Sulawesi dan Kalimantan: Yusuf al-Maqossari dan Muhammad Nafis al-Banjari. Akhir-akhir ini ada yang berusaha membungkus pemahaman sesat ini dengan baju sains dalam bukunya “Bersatu dengan Allah”. Kita tambahkan pula, para propaganda pluralisme dari Jaringan Islam Liberal.
Terkait paham wahdatul wujud ini, Imam al-Ajurri tatkala mengatakan, “Sesungguhnya aku memperingatkan saudara-saudaraku kaum mukminin untuk berhati-hati dari pemahaman hululiyyah (Allah menyatu dengan makhluk-Nya). Setan telah mempermainkan penganut pemahaman ini sehingga dengan pemahaman yang jelek ini mereka menyimpang keluar dari rel para ulama menuju kepada pemahaman-pemahaman yang keji, yang tidak dianut kecuali oleh orang yang terfitnah dan binasa.
“Perkataan mereka tidak sesuai dengan Al-Qur’an, as-Sunnah, perkataan para sahabat, maupun perkataan para imam kaum muslimin.”
Sesungguhnya akidah kufur dan sesat ini sangat rusak dan memiliki banyak dampak negatif dalam berbagai sektor, baik masalah tauhid, akhlak, ibadah, dan sebagainya.
Salah satu kerusakan paham sesat ini adalah munculnya paham bahwa seorang apabila telah sampai pada tingkatan tertentu maka gugurlah hukum taklif baginya karena dia merasa telah bersatu dengan Allah. Paham tasawuf ini sangat bertentangan dengan Islam. Allah berfirman, “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryan: 31)
Dalam ayat yang mulia terdapat bantahan yang sangat jelas sekali terhadap paham ahli khurofat yang menggugurkan taklif apabila telah sampai pada tingkatan tertentu, karena Nabi Isa as menggantungkan kewajiban ibadah dengan selama hidupnya. Paham ini juga bertentangan dengan firman Allah, “Dan sembahlah Robbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)
Makna yaqin dalam ayat ini adalah kematian dengan kesepakatan para ulama. Barang siapa yang menafsirkan dengan tingkatan tertentu sebagaimana dalam istilah kaum sufi maka dia melakukan kedustaan yang amat besar dan mempermainkan ayat Allah.
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Penafsiran ini salah berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, ahli tafsir dan lainnya, karena semua kaum muslimin bersepakat tentang wajbnya ibadah seperti sholat lima waktu sekalipun seorang telah mencapai tingkatan yang tinggi.”
BACA JUGA: 4 Langkah Setan Sesatkan Manusia
Al-Qodhi Iyadh berkata, “Kaum muslimin bersepakat tentang kafirnya seorang yang mendustakan atau mengingkari suatu syariat yang diketahui secara mutawatir dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan disepakati oleh para ulama, seperti ucapan sebagian kaum sufi bahwa seorang yang lama beribadah dan jernih hatinya akan bisa gugur dari kewajiban dan boleh melakukan keharaman.”
Sebagai penutup, alangkah bagusnya apa yang diceritakan bahwa Abu Rudhabari pernah ditanya tentang seorang yang mendengar nyanyian dengan alasan “Nyanyian halal bagiku, karena saya telah sampai kepada derajat yang tidak mungkin ada perubahan.” Maka beliau menjawab dengan enteng, “Benar, dia telah sampai, tetapi ke Neraka Saqor!” []
SUMBER: YUFIDIA